JAKARTA, Berita HUKUM - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dipimpin Gubernur BI Darmin Nasution di Jakarta, Kamis (7/3) ini, memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%.
Kepala Grup Hubungan Masyarakat Difi A. Johansyah dalam siaran persnya siang kemarin menyebutkan, bahwa kinerja perekonomian Indonesia masih baik meski terdapat indikasi moderasi pada kegiatan investasi yang berlangsung sejak triwulan IV-2012. Ke depan, Bank Indonesia akan mencermati perkembangan inflasi terutama yang bersumber dari harga pangan (volatile foods).
“Bank Indonesia meyakini bahwa dengan penguatan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta langkah-langkah koordinasi yang solid dengan Pemerintah, akan mampu mencapai sasaran inflasi dan mendorong tercapainya keseimbangan eksternal dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Difi.
RDG BI memperkirakan perekonomian Indonesia pada triwulan I-2013 akan tumbuh sesuai prakiraan 6,2%, didukung terutama oleh kuatnya permintaan domestik. Konsumsi tumbuh cukup kuat sejalan dengan keyakinan konsumen dan daya beli masyarakat yang membaik.
Menurut Difi, berbagai indikator menunjukkan moderasi pertumbuhan investasi khususnya pada investasi nonbangunan di tengah investasi sektor bangunan yang masih cukup kuat. Indikasi moderasi tersebut juga terlihat dari melandainya pertumbuhan impor, khususnya impor barang modal.
Di sisi lain, kinerja ekspor ke berbagai negara mitra dagang utama, khususnya China, Amerika Serikat (AS) dan India, diprakirakan membaik. “Untuk keseluruhan tahun 2013, setelah memperhitungkan aktivitas ekonomi pada triwulan-triwulan selanjutnya, termasuk pengeluaran untuk persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014, pertumbuhan ekonomi diprakirakan akan cenderung mengarah ke batas bawah kisaran 6,3%-6,8%,” sebut Difi A. Johansyah mengutip hasil RDG BI.
Adapun mengenai defisit transaksi berjalan, RDG BI memperkirakan akan menurun pada triwulan I-2013. Hal ini seiring dengan kecenderungan meningkatkan ekspor dan membaiknya harga komoditas internasional. Sementara impor nonmigas diprakirakan cenderung melemah di tengah risiko semakin meningkatnya impor migas yang perlu terus diwaspadai.
Namun BI mencatat, arus modal masuk, baik dalam bentuk investasi langsung (FDI) maupun investasi portofolio, diperkirakan masih cukup tinggi di tengah masih besarnya kebutuhan likuiditas valas domestik, antara lain untuk keperluan impor migas. Dengan perkembangan tersebut, menurut Difi, cadangan devisa sampai dengan akhir Februari 2013 tercatat 105,2 miliar dollar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah atau di atas standar kecukupan internasional.
RDG BI juga mencatat bahwa sepanjang Februari 2013, tekanan depresiasi terhadap rupiah cenderung mereda sehingga mencapai rata-rata Rp 9.680 per dolar AS. Dibandingkan dengan posisi awal tahun 2013, Rupiah menguat sebesar 0,31%.
“Kebijakan stabilisasi nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia, termasuk intervensi valas dan pembentukan referensi nilai tukar rupiah di pasar domestik, mampu meningkatkan kepercayaan pasar. Selain itu, stabilitas nilai tukar juga didukung dengan masuknya aliran dana nonresiden ke instrumen rupiah yang mencapai Rp 27,6 triliun. Ke depan, Bank Indonesia terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian,” tukas Difi.(bi/es/skb/bhc/opn) |