JAKARTA, Berita HUKUM - Pemerintah diharapkan tidak menuntut setoran dividen terlalu besar kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Soalnya, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, kinerja keuangan sejumlah perusahaan pelat merah tengah merosot.
“Kementerian BUMN juga jangan terlalu meminta deviden lebih, keduanya harus saling bersinergi,” kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada saat dihubungi wartawan, Jakarta, Minggu (3/11) lalu.
Turunnya laba beberapa BUMN otomatis mempengaruhi pergerakan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tercatat laba bersih PT Bukit Asam Tbk (PTBA) hingga September 2013 turun 43,7 persen menjadi Rp1,24 triliun. Disusul penurunan laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar turun 44,56 persen menjadi Rp347,99 miliar lebih rendah dari periode yang sama ditahun sebelumnya sebesar Rp627,78 miliar.
Sementara PT Timah Tbk (TINS) pun tercatat mengalami penurunan laba bersih sebesar 62 persen menjadi Rp141 miliar dari Rp369,9 miliar diperiode yang sama tahun lalu.
Selain BUMN pertambangan tersebut, PT Jasa Marga (Persero) juga mengalami penurunan laba bersih sebesar 15,1 persen menjadi Rp1,02 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp1,21 triliun.
“Seharusnya setiap ada proyek pengembangan jalan tol harusnya jadi sentimen positif, apalagi baru-baru ini Jasa Marga menaikan tarif tolnya, seharusnya labanya naik,” ujarnya, seperti yang dikutip dari merdeka.com.
Kemudian, BUMN penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengalami penurunan sebesar USD22,04 juta pada kuartal III-2013 dari laba bersih USD56,4 juta pada periode yang sama tahun 2012. Kendati demikian, Reza memperkirakan pergerakan saham Garuda cenderung sideways di 4.800-5.100.
“Kerugian itu cukup besar, kemungkinan kerugian berasal dari penambahan biaya operasional perseroan. Jika pelaku pasar ingin masuk ke saham Garuda, perhatikan saja volume belinya,” ungkap Reza.(yud/nov/mdk/bhc/sya) |