Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Mesir
Kekerasan di Mesir Tewaskan Sedikitnya 30 Orang
Sunday 27 Jan 2013 10:40:56
 

Suasana setelah terjadi aksi unjuk rasa du Mesir.(Foto: Ist)
 
MESIR, Berita HUKUM - Sedikitnya 30 orang tewas di Port Said, Mesir, dalam aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan, Sabtu (26/1).

Unjuk rasa tersebut dipicu oleh vonis hukuman mati atas 21 orang sehubungan dengan kerusuhan dalam pertandingan sepakbola, Februari 2012.

Para pendukung terpidana berupaya untuk menyerbu penjara tempat mereka ditahan dan menyerang kantor Polisi.

Sebanyak 21 orang dijatuhi hukuman mati sehubungan dengan kerusuhan yang menewaskan 74 orang dalam pertandingan sepakbola di Port Said, tahun lalu.

Sumber-sumber rumah sakit menyebutkan korban yang tewas termasuk dua orang Polisi dan dua pemain sepak bola.

Tentara Mesir sudah dikerahkan untuk mengamankan keadaan di Port Said.

Sementara lebih dari 300 orang menderita cedera akibat kekerasan ini.

Seruang dialog

Aksi kekerasan ini bersamaan dengan peringatan dua tahun maraknya unjuk rasa yang berhasil menjatuhkan Presiden Husni Mubarak.

Dewan Pertahanan Mesir yang dipimpin Presiden Mohammed Morsi mengecam kerkerasan tersebut dan menyerukan dialog.

Presiden Morsi juga mengatakan sedang mempertimbangkan pemberlakuan jam malam di kawasan-kawasan yang terkena dampak kerusuhan.

Hari Jumat (25/01), ribuan orang turun ke jalan di berbagai tempat untuk berunjuk rasa menentang kepemimpinan Morsi yang dianggap mengkhianati revolusi.

Unjuk rasa itu juga diwarnai dengan bentrokan antara polisi dengan pengunjuk rasa yang menewaskan sedikitnya korban jiwa enam orang di Suez dan satu orang di Ismailia.

Sejumlah kritik dilayangkan kepada Morsi yang disebut mengkhianati revolusi yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak.

Presiden menolak klaim oposisi yang menyebutkan berlaku tidak adil.

Malahan, dia meminta agar dilakukan dialog nasional, dan pada Sabtu (26/1) Morsi mendesak agar para penentangnya menghentikan kekerasan.

Dalam pesan yang disampaikan melalui Twitter, dia meminta agar masyarakat Mesir "untuk setia kepada nilai-nilai revolusi (dan) mengekspresikan pendapat dengan bebas dan damai".

Di Suez, pasukan tentara yang dilengkapi dengan kendaraan lapis baja berjaga di depan gedung-gedung pemerintah.

"kami telah meminta pasukan tentara untuk mengirimkan personil di lapangan sampai kita melalui masa sulit ini," kata kepala keamanan negara di Suez, Adel Refaat, kepada televisi pemerintah.

Di pusat kota Kairo, bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi dilaporkan terjadi kembali pada Sabtu (26/1).

Ekonomi Memburuk

Sejumlah pengunjuk rasa masih berada di ibukota, dan mereka akan kembali ke rumah jika Morsi mundur dari jabatannya.

Jumat (25/1) lalu, dua tahun setelah penggulingan Mubarak, puluhan ribu orang kembali menyuarakan perbedaannya dengan Morsi dan pendukungnya di Ikhwanul Muslimin.

Lebih dari 450 orang terluka, menurut menteri kesehatan, dalam kerusuhan yang terjadi di 12 dari 27 provinsi di Mesir.

Tak diketahui secara pasti, bagaimana korban tewas terjadi di Suez.

Bentrokan terjadi di Alexandria dan Port Said.

Di Ismailia, membakar kantor pusat Partai Kebebasan dan Keadilan, yang merupakan kepanjangan tangan Ikhwanul Muslimin.

Oposisi liberal menuduh Morsi menjadi otokratik dan juga menyebabkan kondisi ekonomi memburuk.

Salah seorang pengunjuk rasa di Lapangan Tahrir Kairo, Momen Asour, mengatakan dia meminta agar pemerintahan Presiden Morsi mundur. "Kami tidak melihat apapun, tidak adanya kebebasan, tidak ada keadilan sosial, atau upaya untuk mengatasi pengangguran, atau investasi," kata dia.

"Kebalikannya, ekonomi memburuk," tambahnya.

Pengunjuk rasa yang lain, Hamoud Rashid, mengatakan protes ini merupakan "reaksi alami kepada negara yang menjadi lebih buruk dibandingkan ketika masa Mubarak," ujarnya.

"Mereka telah mencuri revolusi dari para revolusioner, dan kami disini akan mengambil kembali revolusi," kata dia.(dbs/bhc/opn)



 
   Berita Terkait > Mesir
 
  Mesir Temukan 'Kota Emas yang Hilang' Warisan Firaun 3.000 Tahun Lalu, Temuan Paling Penting setelah Makam Tutankhamun
  Terusan Suez Sudah Bisa Dilewati, Mesir Buka Penyelidikan terhadap Kapal Kontainer yang Kandas
  Muhammad Mursi Meninggal, Presiden Erdogan: Pemerintah Mesir Harus Diadili di Mahkamah Internasional
  Ustadz Hanan Attaki, Lc tentang Muhammad Mursi
  Total 44 Tewas, 2 Gereja Dibom, Mesir Tetapkan Keadaan Darurat
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2