JAKARTA, Berita HUKUM - Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, Bogor, Jawa Barat, menjadi ladang korupsi oleh para penjahat kelas kakap di Republik ini. Bagaimana tidak, harga item barang untuk pembangunan pusat olahraga itu di mark up hingga ribuan persen. Miliaran uang negara telah dikuras oleh para koruptor, untuk itu Tim Elang Hitam bentukan keluarga Andi Mallarangeng mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera menangkap dan mengadili para aktor kelas kakapnya.
Inilah barang/item yang di mark up lebih tinggi dari batas 'langit' oleh PT Adhi Karya dan PT DCL, berikut contoh barangnya yakni transformator Oil 1600 kva harga di sub-subkontraktor senilai Rp 148 juta di mark up oleh PT Adhi Karya dan PT DCL menjadi Rp 358 juta, diesel genset Rp 2 miliar di mark up menjadi Rp 5 miliar, septinctank (tipe biocell) Rp 25 juta di mark up menjadi Rp 64 juta, pompa booster Rp 29 juta di mark up menjadi Rp 115 juta. Selain itu lampu down Rp 31 juta di mark up menjadi Rp 154 juta, check valve Rp 3,6 juta di mark up menjadi Rp 18 juta.
Bukan hanya itu, PT Adhi Karya dan PT DCL terus menguras uang negara melalui proyek Hambalang yakni jenis barang PKG-1 harga di Sub-subkontraktor hanya seharga Rp 317 juta di mark up menjadi Rp 2 miliar, LVMDP-1/B Rp 231 juta di mark up menjadi Rp 1,5 miliar, CAP BANK LVMDP I/A F59 kva harga Rp 180 juta di mark up menjadi Rp 1,5 miliar, MVMDP II 20 kva Rp 145 juta di mark up Rp 1,4 miliar.
Yang lebih parah lagi, berikut barang-barang yang di mark up ribuan persen dari harga sub-subkontraktor yakni LVMDP-III/A harga sub-subkontraktor hanya Rp 225 juta di mark up menjadi Rp 2,7 miliar, CAP BANK LVMDP III/B 659 kva Rp 180 juta di mark up Rp 2,7 miliar, panel 3 Masjid Rp 1,4 juta di mark up Rp 55 juta, dan barang yang terakhir ini backup battery harganya hanya Rp 372 ribu di mark up menjadi Rp 17 juta.
Tidak salah jika tim Elang Hitam yang dikepalai oleh Rizal Mallarangeng menyebut korupsi di Hambalang adalah korupsi yang kebablasan. Bagaimana tidak, masih ada 38 barang ME (Mechanical dan Electrical) lagi yang di mark up begitu besar. Itu sebabnya, Rizal terus mengoceh mengapa hanya adiknya yang diproses bahkan diblokir rekeningnya oleh KPK. Padahal, katanya, masih banyak penjahat-penjahat kelas kakap yang menguras uang negara.
"Diesel Genset 2000 kva dimana negara membayar ke PT Adhi Karya dan PT DCL Rp 5 miliar, harga di sub-subkontraktor hanya Rp 2 miliar. Bahkan panel penerima daya, circuit braker mark-up mencapai 1100 persen. Dimana Negara membayar pada PT Adhi Karya dan PT DCL 2,7 miliar, padahal harga di sub-subkontraktor Rp 227 juta," kata Rizal.
Rizal menambahkan bahwa, KPK lewat berbagai media terus memojokkan Andi. Ironisnya, pelaku kelas kakap dan guritanya yang sudah dijelaskan dalam audit investasi BPK masih bebas berkeliaran. "Mereka sengaja tidak disentuh? Kenapa Johan Budi (Jubir KPK) sudah mengatakan bahwa Andi harus mengakui kejahatannya. Memangnya dia (Johan) malaikat," tambah Rizal.
Sementara KPK, melalui juru bicaranya Johan Budi SP sudah mengatakan bahwa pihaknya akan memproses data-data yang telah diberikan oleh tim Elang Hitam. Sebab kasus Hambalang tidak hanya berhenti setelah Andi Mallarangeng sebagai ditetapkan tersangka.(bhc/din)
|