Hong Kong Hong Kong Resesi Ekonomi Pertama dalam Satu Dekade Akibat Unjuk Rasa Anti-Pemerintahan 2019-11-17 15:49:55
Unjuk rasa anti-pemerintahan di Hong Kong dimulai lima bulan lalu.(Foto: REUTERS)
HONG KONG, Berita HUKUM - Hong Kong memastikan bahwa negaranya memasuki resesi ekonomi pertama dalam satu dekade seiring berlanjutnya unjuk rasa anti-pemerintahan di sana.
Ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% selama periode Juli hingga September dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal itu memastikan data awal yang dirilis.
Artinya, ekonomi negara itu telah mengalami kontraksi - pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif atau penurunan produk domestik bruto (PDB) - selama dua kuartal berturut-turut, yang merupakan definisi umum dari sebuah resesi ekonomi.<
Wisatawan menjauh, sementara toko-toko merugi di tengah pertempuran antara demonstran anti-pemerintah dengan polisi.
"Permintaan domestik memburuk secara signifikan pada kuartal ketiga, karena insiden sosial setempat menyebabkan ambruknya aktivitas konsumsi dan menjatuhkan prospek ekonomi yang bergantung pada konsumsi dan sentimen investasi," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Negara itu kini memperkirakan perekonomian mereka akan menyusut sebesar 1,3% untuk setahun penuh.
"Mengakhiri kekerasan dan memulihkan ketenangan sangatlah penting bagi pemulihan ekonomi. Pemerintah akan terus memantau situasi dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung perusahaan dan perlindungan," kata pemerintah.
Kenapa terjadi unjuk rasa di Hong Kong?
Hong Kong - koloni Inggris hingga tahun 1997 - merupakan bagian dari China di bawah model yang dikenal dengan sebutan "satu negara, dua sistem".
Dengan model itu, Hong Kong memiliki derajat kekuasaan otonomi yang tinggi dan masyarakatnya memiliki kebebasan yang tidak tampak di kawasan China daratan.
Aksi unjuk rasa sendiri dimulai pada bulan Juni lalu setelah pemerintah Hong Kong berencana untuk mengesahkan sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang memungkinkan tersangka kasus kejahatan diekstradisi ke China daratan.
Banyak yang khawatir undang-undang itu akan merusak kebebasan dan independensi peradilan Hong Kong. Hak atas fotoGETTY IMAGES
RUU itu pada akhirnya ditarik, akan tetapi unjuk rasa tetap berlanjut dan berkembang menjadi aksi pemberontakan yang lebih luas terhadap polisi dan bagaimana Hong Kong dikelola oleh Beijing.
Unjuk rasa terjadi setiap akhir pekan selama beberapa bulan terakhir, menyebabkan gangguan yang meluas dan sejumlah kematian.
Pada hari Kamis (14/11), seorang petugas kebersihan berusia 70 tahun tewas setelah kepalanya dihantam ketika demonstrasi terjadi di kota perbatasan Hong Kong, Sheung Shui.
Video yang diduga berasal dari insiden itu menunjukkan dua kelompok yang saling melempar batu bata sebelum akhirnya seorang pria jatuh tersungkur setelah kepalanya terhantam. Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionPeritel fesyen Burberry mengatakan tokonya mengalami prosentase penurunan penjualan "dua digit" di Hong Kong
Kejadian-kejadian dramatis tersebut membuat wisatawan menjauh. Pada Agustus, kunjungan ke Hong Kong - kota tujuan pariwisata dan pusat transit - mencapai level terburuk sejak terjadinya krisis SARS tahun 2003 lalu.
Sejumlah hotel memangkas harga karena kesulitan mendapatkan tamu.
Pada hari Kamis, dua perusahaan yang memiliki basis operasi besar di Hong Kong mengungkapkan dampak finansial yang mereka derita akibat unjuk rasa.
Rumah mode mewah Burberry mengatakan penjualannya di Hong Kong jatuh lebih dari 10% dan akan "tetap berada di bawah tekanan".
Maskapai Cathay Pacific memangkas target laba dan mengatakan bahwa kerusuhan sipil yang terjadi "telah sangat menyulitkan, sangat memengaruhi permintaan dan operasional bisnis".
Mengapa muncul lonjakan amarah?
Pekan ini terjadi peningkatan aksi kekerasan dengan pertempuran intens di jalanan, bentrokan keras di kampus-kampus dan unjuk rasa pada jam makan siang di jantung finansial kota Hong Kong.
Ini adalah pertama kalinya unjuk rasa terjadi di hari kerja setelah berminggu-minggu.
Hong Kong Justice Secretary Teresa Cheng is jostled by protesters in London
Demonstrasi hari Senin (11/11) lalu merupakan kelanjutan dari aksi damai dan unjuk rasa di akhir pekan, setelah seorang mahasiswa pengunjuk rasa berusia 22 tahun tewas pekan lalu.
Alex Chow dirawat di rumah sakit setelah jatuh dari tebing tempat parkir selama operasi polisi seminggu lalu.
Kemudian pada hari Senin, kekerasan meningkat lebih lanjut ketika seorang polisi menembak seorang aktivis dengan peluru tajam dan seorang pendukung pemerintah dibakar massa pengunjuk rasa.
Di London, Sekretaris Kehakiman Hong Kong Teresa Cheng terluka setelah disesaki oleh pengunjuk rasa anti-pemerintahan, kata Kedutaan Besar China.
Cheng dinilai memainkan peran kunci dalam mempromosikan RUU Ekstradisi yang menjadi pemicu awal terjadinya unjuk rasa. China mengecam keras insiden itu dan menyerukan penyelidikan yang menyeluruh.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com