JAKARTA, Berita HUKUM - Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menilai beberapa pengamat, Pimpinan Parpol, Pimpinan Ormas keagamaan berfikir terlalu politis penuh prasangka terhadap perubahan pola subsidi dari barang ke orang yang kita kenal dengan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan sejenisnya. Ini berbeda dengan era gerakan tahun 1990-an, dimana ada kesepakatan tidak tertulis, “Jangan Ganggu Program Pemerintah yang Menguntungkan Rakyat”.
Andi Arief tidak habis pikir dengan para pengkritik BLSM ini, karena program sejenis BLT itu telah berhasil mengurangi penduduk miskin di beberapa negara Amerika Latin, dan secara insidental mampu keluar dari tekanan ekonomi yang berat.
“Pengurangan kemiskinan di amerika latin dengan model BLT yakni The National Bolsa Escola Programme di Brazil, The Programme for The Eradication of Child Labour juga di Brazil, The Fammilies in Action Programme di Colombia, The Social Protection Network di Nicaragua dan The Oportunidades Programme di Mexico,” ungkap Andi Arief di Jakarta, Jumat (7/5) pagi.
Ia menunjuk contoh, di Asia selain Filipina dan Kamboja, kini Malaysia juga menempuh jalan BLT berupa Bantuan Rakyat 1 Malaysia (BRIM) untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Yang menakjubkan, lanjut aktivis pergerakan itu, BLT terbesar di dunia diberlakukan 1 Januari 2013 dari 420 penduduk miskin di India, 200 juta penduduknya akan terima BLT pengganti subsidi Bahan bakar dan Pangan.
“Selain terinspirasi Brazil, cara ini dipandang memutus rantai korupsi birokrasi,” kata Andi Arief.
Andi Arief juga menyebutkan, di Hongkong pada 2011, pemerintahnya juga membantu warga dengan memberikan subsidi listrik, meningkatkan tunjangan kesejahteraan dan membagikan bantuan langsung tunai bagi setiap penduduk.
Sementara di Australia saat dibawah Perdana Menteri (PM) Kevin Rudd juga ada bantuan langsung tunai (BLT) kepada para pensiunan, keluarga berpendapatan menengah ke bawah, calon pembeli rumah dan lainnya awal Desember 2008.
“Negara-negara seperti Saudi Arabia, Oman, Mesir, Afrika Selatan bahkan negara-negara Eropa baik insidental (tekanan minyak dunia, krisis pangan) maupun permanen menempuh cara BLT sebagai jawaban,” ujar Andi Arief.
Menurut Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial itu, hanya di Indonesia jalan BLT atau mendapat cacian tanpa pernah ada bukti kuat bahwa BLT membuat masyarakat miskin manja, pemalas, dan pasti memilih partai berkuasa.(es/skb/bhc/opn) |