YAMAN, Berita HUKUM - Empat belas orang tewas dalam serangan yang diduga dilakukan para anggota milisi al-Qaida di Yaman selatan, demikian menurut para pejabat. Para milisi tersebut dilaporkan menembak dengan senapan mesin ke pos penjagaan di Bayhan, provinsi Shabwa, pada Kamis dini hari (5/6).
Menteri dalam negeri mengatakan delapan anggota pasukan keamanan dan enam warga suku adat tewas dalam serangan itu.
Laporan awal menyebutkan bahwa seorang warga sipil termasuk di antara para korban tewas.
Sementara itu, tentara mengatakan 40 orang prajurit dan 500 milisi telah terbunuh sejak serangan terhadap al-Qaida dan para sekutunya di daerah selatan dimulai di bulan April.
Tentara merebut kembali kekuasaan di beberapa kota terbesar di provinsi Shabwa dan Abyan dalam operasi sejenis di tahun 2012, namun para milisi berhasil mundur ke daerah-daerah pedesaan terpencil dan menghimpun kekuatan lagi.
Serangan di Maarib
Sejak operasi baru dimulai tanggal 29 April, sesudah adanya serangan pesawat tak berawak yang mematikan ke daerah pertahanan mereka, kelompok militan ini melarikan diri ke padang pasir dan pegunungan serta meningkatkan serangan mereka terhadap pasukan keamanan.
"Saya ingin menekankan bahwa operasi militer akan juga melingkupi daerah-daerah tempat ke mana sejumlah milisi melarikan diri dan tempat sabotase terjadi, yang memang menjadi sisi lain dari terorisme," Juru bicara Angkatan Darat Kolonel Saeed al-Faquih, mengatakan di sebuah konferensi pers pada hari Kamis (5/6).
Dia juga menyatakan persiapan dilakukan di provinsi tetangga Maarib untuk melakukan serangan besar terhadap kubu pertahanan milisi di sana.
Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi mengatakan pada bulan April bahwa, Yaman sedang berperang dengan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang merupakan bagian dari jaringan jihadis global di daerah itu.
AQAP beserta para sekutunya telah menghalangi usaha yang dilakukan pemerintah untuk memulihkan stabilitas di negara itu sejak para pemrotes pro-demokrasi memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh yang sudah lama berkuasa untuk menyerahkan kekuasaan di tahun 2011.(BBC/bhc/sya) |