JAKARTA, Berita HUKUM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggiatkan penetrasi produk perikanan ke sejumlah pasar ekspor non tradisional yang kian menunjukkan tren peningkatan secara siginifikan.
Saat ini ekspor produk perikanan ke beberapa negara non tradisional di Timur Tengah dan Afrika semakin tumbuh signifikan, permintaan kedua kawasan ini akan produk olahan ikan cukup tinggi.
“Langkah diversifikasi pasar tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjaga surplus neraca perdagangan komoditas perikanan di samping terus menjaga pasar tradisional seperti Amerika, Jepang dan Uni Eropa,” jelas Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo dalam siaran persnya di Jakarta, Senin (24/12).
Sharif menjelaskan, ada sejumlah produk perikanan asal Indonesia yang menarik perhatian konsumen di negara-negara Afrika dan juga Timur Tengah seperti, udang, tuna kaleng, sarden, mackerel kaleng dan ikan kering.
Data KKP menunjukkan pada 2010 volume ekspor produk perikanan ke Afrika sebesar 24 ribu ton dengan nilai 58 juta dolar AS, namun pada 2011 terjadi peningkatan sebesar 29 ribu ton dengan nilai 81 juta dolar AS. Sementara sampai dengan periode Agustus 2012 tercatat volume 23 ribu ton dengan nilai 56 juta dolar AS.
Sedangkan volume ekspor produk perikanan ke kawasan Timur Tengah mencapai 14 ribu ton dengan nilai 29 juta dolar AS, kemudian pada 2011 sebesar 13 ribu ton dengan nilai 30 juta dolar AS. Sementara untuk ekspor pada periode Agustus 2012 meningkat cukup tajam yang ditunjukkan dengan volumenya mencapai 14 ribu ton serta nilai sebesar 40 juta dolar AS.
“Tren pertumbuhan ekspor pada 2012 menunjukkan bahwa perluasan pasar ke dua kawasan ini cukup bagus, ditandai dengan laju ekspor meningkat sekitar 25 persen,” ungkapnya.
Sementara secara keseluruhan neraca perdagangan komoditas perikanan kita surplus, surplus hampir sampai 78 persen, itu salah satu hal yang kita capai pada tahun 2012, sambung Sharif.
Oleh karena itu, ia pun menyatakan optimismenya bahwa target ekspor sebesar 4,2 miliar dolar AS, akan tercapai.
Sementara Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Dirjen P2HP KKP) Saut P. Hutagalung menambahkan, pasar Afrika dan Timur Tengah sangat potensial untuk digarap.
Namun demikian, permintaan besar dari kawasan Timur Tengah tersebut masih dibayangi oleh produk asal India, Bangladesh, Thailand, Filipina yang terbilang cukup murah jika dibandingkan produk perikanan Indonesia.
“Ekspor ke Timur Tengah umumnya kita kalah harga karena produk perikanan dari India, Bangladesh dan Thailand lebih murah ketimbang produk perikanan kita,” jelasnya.
Beranjak dari hal itu, KKP akan memprioritaskan perhatiannya untuk meningkatan efisiensi distribusi barang guna menekan biaya eskpor.
Solusinya untuk saat ini, menurut Saut, KKP telah menyiapkan strategi dengan menggunakan penerbangan Emirat Air langsung menuju Dubai untuk memudahkan dalam memasarkan produk perikanan ke kawasan Timur Tengah.
Langkah tersebut dinilai Saut, jauh lebih murah dibanding menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Selain itu, secara khusus untuk kawasan Timur Tengah, khususnya di Uni Emirat Arab (UEA), produk perikanan asal Indonesia telah berhasil penetrasi di Hypermart Lulu.
Masuknya produk perikanan Indonesia ke retail modern tersebut merupakan sebuah keuntungan dan kesempatan besar dalam memasarkan produk perikanan di kawasan Timur Tengah, lantaran Hypermart tersebut memiliki 60 lebih outlet di UEA dan lebih dari 120 unit di beberapa negara Timur Tengah.
“Udang dan tuna kaleng merupakan produk dominan yang dipasarkan ke Saudi Arabia, khusus tuna kaleng lebih 50 persen pasar Saudi Arabia diisi tuna kaleng asal Jawa Timur,” ungkapnya.(rm/ipb/bhc/opn) |