JAKARTA, Berita HUKUM - Neraca perdagangan non migas selama tahun 2012 menunjukkan surplus hingga 3,9 miliar dollar AS, sementara di sektor migas terjadi defisit hingga 5,6 miliar dollar AS.
Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi pada konperensi pers di kantornya, Senin (4/3), menjelaskan defisit neraca perdagangan migas itu dipicu oleh tingginya permintaan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tahun 2012 lalu mencapai 28,7 miliar dollar AS atau naik 1,9% dibanding tahun sebelumnya.
“Akibat tingginya impor BBM ini, neraca perdagangan kita menjadi defisit sampai 1,7 miliar dollar AS selama tahun 2012,” kata Bayu sembari mengingatkan, bahwa peningkatan defisit perdagangan migas perlu disikapi secara serius mengingat pada 2011 lalu masih terjadi surplus 775,5 juta dollar AS.
Adapun pada Januari 2013, neraca perdagangan Indonesia secara keseluruhan mengalami defisit 171 juta dollar AS, dengan komposisi migas defisit 1,4 miliar dollar AS, dan non migas surplus 1,3 miliar dollar AS atau meningkat tajam dari bulan sebelumnya yang hanya mencatat surplus 550,5 juta dollar AS.
Menurut Wakil Menteri Perdagangan, defisit neraca perdagangan migas di awal tahun ini didorong oleh masing tingginya impor BBM terutama minyak mentah yang mengalami peningkatan 34% dibanding tahun sebelumnya, dan 50,5% dibanding bulan sebelumnya sebesar 1,2 miliar dollar AS.
“Peningkatan impor minyak mentah bulan Januari ini perlu disikapi secara serius, mengingat di tahun-tahun sebelumnya neraca perdagangan minyak mentah kita selalu mengalami surplus,” pesan Bayu.
Kinerja Ekspor
Mengenai ekspor non migas, menurut Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, negara tujuan yang paling banyak menyerap produk Indonesia adalah Cina dengan nilai 20,9 miliar dollar AS, disusul Jepang 17,2 miliar dollar AS, Amerika Serikat 14,6 miliar dollar AS, India 12,4 miliar dollar AS, Singapura 10,6 miliar dollar AS, Malaysia 8,5 miliar dollar AS, Korea Selatan 6,7 miliar dollar AS, Thailand 5,5 miliar dollar AS, Belanda 4,6 miliar dollar AS, dan Taiwan 4,1 miliar dollar AS.
“Kesepuluh negara tersebut memberikan kontribusi sebesar 68,6% dari total ekspor non migas Indonesia,” ungkap Bayu.
Sementara itu, beberapa negara yang mengalami kenaikan signifikat sebagai pasar ekspor Indonesia adalah: Pakistan naik 447,9 juta dollar (48,1%); disusul Arab Saudi, Australia, Thailand, Afrika Selatan, Djibouti, Yaman, Pantai Gading, Aljazair, dan Oman. “Ekspor ke negara-negara ini tumbuh antara 51 juta dollar AS hingga 343 juta dollar AS atau antara 4,7% hingga 164,3%,” ujar Baru.
Dilihar dari produknya, produk ekspor non migas yang mengalami pertumbuhan ekspor terbesar antara lain logam dasar lainnya (naik 227%), senjata/amunisi (naik 162,6%), sutera (naik 142,4%), kulit berbulu (naik 101,3%), dan jerami/bahan anyaman naik 44,9%.
Adapun nilai impor sepanjang 2012 tercatat 191,7 miliar dollar AS atau naik 8% dibanding tahun sebelumnya, yang didominasi oleh impor bahan baku/penolong sebesar 140,1 miliar dollar AS (73%), barang sebesar 38,2 miliar dollar AS (20%), dan impor barang konsumsi sebesar 13,4 miliar dollar AS. Adapun impor non migas tercatat 42,6 miliar dollar AS atau naik 4,6% dibanding tahun sebelumnya.(es/skb/bhc/rby) |