JAKARTA, Berita HUKUM - Kedamaian di Indonesia terutama dalam masa jelang Pemilihan Umum 2019, merupakan sebuah hal yang mendasar untuk dijaga dan diperhatikan oleh seluruh elemen masyarakat. Sebab, dengan begitu peluang untuk merusak negara dan persatuan bangsa oleh pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk dari para teroris, bisa diminimalisir.
Ha itu disampaikan mantan anggota Polri yang juga merupakan mantan narapidana terorisme (napiter), Muhammad Sofyan alias Sofyan Tsauri, saat menerima kunjungan perwakilan Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Mabes Polri di kediamannya, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Kamis (14/2).
"Pemilu damai ini ibarat harga mati buat kita, kenapa harus begitu? Karena kalau kacau dan gagal maka akan terjadi chaos (kerusuhan) dan itu akan menjadi kesempatan bagi para orang-orang (teroris/napiter) yang belum terintegrasi, belum terehabilitasi kembali pada NKRI, dia akan menggunakan momentum ini sebagai semacam pemantik konflik," ujar Sofyan.
Sofyan menyebutkan, jika ketika pemilu terjadi kerusuhan dan kesempatan itu dimanfaatkan para pelaku teror, medan perang seperti yang sempat terjadi di Suriah diyakini berpindah ke Indonesia. Karena itu dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat tak terkecuali eks napiter yang telah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, bersama-sama aparat pemerintah khususnya Polri dan TNI, menjaga kelancaran dan kesuksesan Pemilu 2019.
"Harus sukses dan lancar juga agar pemilu menghasilkan pemimpin dan wakil rakyat yang baik demi mewujudkan Indonesia yang lebih maju, bermartabat dan berdaulat," jelasnya.
Adapun salah satu cara mendukung pemilu damai, menurut Sofyan ialah dengan memerangi produksi dan penyebaran hoaks. Ia meminta masyarakat mengedepankan akal sehat dan memilah setiap informasi yang diterima, agar tak menjadi korban informasi bohong tersebut.
"Saya juga mengajak masyarakat menolak segala bentuk hoaks dan segala pemahaman ekstrem lainnya. Mari kita pelihara perdamaian dan persaudaraan dalam bingkai NKRI yang berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika," ucap pria yang kini berjualan bubur ayam itu.
Sementara, perwakilan Baintelkam Mabes Polri AKBP Syuhaimi, berharap Sofyan bisa menjadi duta kambtimas, mengingat ketokohannya. Setidaknya di lingkungan eks napiter yang telah kembali kepada NKRI. Hal ini penting, sebab semasa pemilu suhu politik dan potensi gesekan di masyarakat cenderung meningkat.
"Kami harapkan Pak Sofyan yang merupakan tokoh yang pernah bergabung bersama ikhwan (jihadis) di beberapa peristiwa, kita harapkan bisa jadi duta dan mitra kamtibmas untuk menyampaikan ke masyarakat banyak," kata Syuhaimi.
Selain silaturahmi dan mempererat hubungan yang telah berjalan, kehadiran Polri juga dalam rangka memberikan bantuan kepada Sofyan. Bantuan sejumlah uang ini diharapkan mampu membantu perkembangan usaha bubur ayam Sofyan, sehingga meringankan beban perekonomian keluarga pria yang pernah berdinas di Polresta Depok itu.
"Semoga Allah membalas kebaikan Pak Syuhaimi dan tim Baintelkam Mabes Polri, kami ucapkan terimakasih selama ini atas kontribusinya bagi kami eks napiter," pungkas Sofyan.(bh/mos) |