KAUR, Berita HUKUM - Masyarakat beberapa desa di kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur yang kehidupannya semakin sulit mendapatkan pekerjaan terpaksa hanya bisa membuat Lantung. Lantung salah satu bahan kerajinan tangan, yang berasal dari kulit pohon. Setelah diolah Lantung bisa digunakan sebagai bahan kerajinan, seperti Tas, Lampion dan jenis kerajinan lainnya.
Sejak enam bulan terakhir ini, terlihat masyarakat ramai-ramai berjejeran dipinggir jalan untuk membuat bahan kerajinan Lantung, seperti yang tampak di desa Papahan, desa Pinang Jawa 1, desa Pinang Jawa 2, desa Talang Berangin, desa Gunung Terang, desa Talang Padang, desa Gunung Megang dan desa Talang Berangin.
Warga masyarakat sangat mengeluhkan kondisi ekonomi yang kian sulit, karena dari beberapa harga jual hasil Pertanian harganya yang turun, semula pada 2014 harga Karet mencapai sekitar Rp.10.000 - Rp.18.000/ kg kini harga Karet hanya Rp. 6.500,-/kg nya, Sementara harga Kelapa Sawit di tahun 2014 yang mencapai Rp.1.100,- Rp.1200/ kg nya, saat ini sawit harganya jatuh hanya Rp. 650/ kg.
Akibat hal seperti inilah, terpaksa masyarakat mencari jalan alternatif untuk bertahan hidup maka masyarakat banyak beralih membuat bahan kerajinan kulit Lantung tersebut demi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari .
Menurut Nelsen salah seorang warga desa Papahan kecamatan Kinal, kabupaten Kaur, provinsi Bengkulu mengatakan bahwa, "sejak 6 bulan terakhir ini masyarakat sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga dalam sehari - hari," ungkapnya.
Dengan sulitnya ekonomi saat ini, membuat Nelsen beserta keluarga dan masyarakat kecamatan Kinal banyak beralih dengan membuat bahan kerajinan Lantung.
Nelsen menambahkan, "dari hasil penjualan satu lembar bahan kerajinan Lantung senilai Rp. 8.000,- dalam kualitas yang nomor satu, sementara kualitas nomor dua Rp.7.000,- dan kualitas paling murah Rp. 5.000," ujarnya, Senin (1/10).
.
Dalam satu hari dapat dikalkulasikan para warga maksimal mendapat sekitar Rp.120.000,-/ harinya, namun bila hasil bahan kerajinan yang didapat memiliki kualitas rendah, para petani tersebut hanya bisa mendapatkan Rp. 40.000,-/ harinya," jelas Nelsen.(bh/aty)
|