Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Australia
Dugaan Penyadapan Baru, Menlu Kecam Australia
Tuesday 18 Feb 2014 14:43:59
 

Menlu Marty mengatakan Australia harus memutuskan apakah Indonesia teman atau lawan.(Foto: BH/put)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengungkapkan kekecewaannya kepada Australia terkait dugaan penyadapan terhadap sengketa dagang AS-Indonesia yang baru diungkap sebuah media AS akhir pekan lalu.

Menurut Marty tindakan Australia, sebagaimana dilaporkan dalam tulisan the New York Times itu, tidak sesuai dengan semangat hubungan kemintraan.

Pernyataan ini disampaikan Marty menjawab pertanyaan wartawan saat memberikan keterangan pers bersama sejawatnya, Menlu John Kerry dari AS di Jakarta.

"Bagaimana sengketa perdagangan Indonesia dan Amerika soal udang bisa berdampak langsung atau tidak langsung bagi keamanan Australia? Mereka bisa (melakukan itu) tetapi bukan berarti mereka harus (menyadap)," kata Marty keras.

"Kita harus saling mendengar, bukan menguping. Tapi ini yang kita lihat: bahwa negara tetangga akrab kita memilih untuk menguping."

Harian the New York Times - mengutip dokumen yang dibocorkan mantan karyawan kontrak lembaga Kemanana Nasional AS (NSA) Edward J Snowden - menulis bahwa Australia didukung oleh NSA menyadap sebuah firma hukum Amerika yang mewakili Indonesia dalam sengketa dagang dengan AS.

Sengketa tersebut terkait dengan tembakau, rokok, dan udang.

Memperkeruh hubungan

Insiden penyadapan ini juga dinilai semakin memperkeruh hubungan Indonesia dan Australia.
"Beberapa bulan lalu hubungan kita sangat baik sekali, mungkin hubungan terdekat yang pernah terjadi, tetapi dalam waktu sekejap hal itu berubah," kata Marty.

"Australia intinya harus mengambil keputusan, apakah Indonesia dianggap sebagai sahabat atau musuh."

Dia mengatakan, selama ini keruhnya hubungan dua negara selalu disebabkan oleh pihak Australia, seperti masalah penyadapan, kebijakan pengembalian kapal pencari suaka, dan pengiriman kapal sekoci.

"Saya dengar sudah delapan minggu tidak ada kedatangan pencari suaka ke Australia, selamat untuk mereka, jika itu (terjadi) patut dirayakan. Tetapi lihat konsekuensinya, hubungan bilateral menjadi terganggu."

Dia menegaskan upaya apapun untuk kembali memulihkan hubungan dua negara harus dilandasi dengan niat baik dari dua belah pihak.(BBC/bhc/sya)



 
   Berita Terkait > Australia
 
  Anthony Albanese Resmi Dilantik Jadi Perdana Menteri Australia
  Scott Morrison Jadi Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull Dilengserkan
  Suhu Australia Tembus 50 Derajat Celsius 'Dalam Beberapa Dekade'
  Angkatan Laut Australia Hentikan Kapal Penuh Senjata Api
  Apa yang Membuat PM Australia Tony Abbott Dilengserkan?
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2