•Istana kirim staf khusus datangi lokasi aksi
JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Acara doa dan puasa bersama umat lintas agama yang digelar di dekat Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/9), telah memasuki hari kedua. Dengan doa dan puasa, mereka memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa agar segera mengganti pemimpin yang zalim, pembohong, dan mengabaikan rakyat.
Seperti rilis yang diterima redaksa BeritaHUKUM.com, aktivitas ini mendapat perhatian dari pihak Istana Negara dengan mengirim Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik Daniel Sparingga datang ke lokasi. Ia melakukan persuasi, agar peserta aksi menyudahi aksi tersebut. Namun, permintaan itu ditolak mereka. Sebaliknya, acara itu akan dilaksanakan hingga Jumat (16/9) besok.
Pimpinan Pondok Pesantren al Karimiyah KH Ahmad Damanhuri menyatakan kini telah terjadi kebohongan dimana-mana. Untuk itu, rakyat harus bahu-membahu mengubah keadaan. Semua komponen masyarakat, baik itu rakyat, pedagang, pegawai, dan mahasiswa harus turun, jangan hanya mengandalkan para rohaniawan.
“ Saya punya pesan khusus buat SBY dan jajarannya, kasihanlah rakyat, kasihanilah rakyat, kasihanilah rakyat. Ya Allah Yang Maha Berkuasa, bersirhkan Negara kami dari pemimpin yang jahat, yang zalim dan yang pembohong,” ungkap Damanhuri.
Tokoh Hindu dari Bali Gus Indra Udayana mengatakan, dulu bangsa Indonesia berjuang melawan negara lain yang menjajah. Tapi kini lawan kita adalah penjajah dari dalam. Mereka adalah pemimpin yang tidak bermoral. Bagi mereka, politik hanyalah kekuasaan. Doa-doa yang mereka lakukan hanya sebagai simbol retorika dan pencitraan.
“ Sekarang biaya pendidikan mahal. Tapi pemimpinnya tidak peduli. Secara ekonomi, masyarakat setiap hari terpaksa puasa. Tapi para pemimpin malah pesta tiap hari. Sementara itu, rakyat sulit berobat karena mahal. Parahnya, para pemimpinnya malah sakit jiwa. Kita harus mencari pemimpin yang bisa membawa rakyat dan bangsa Indonesia kea rah yang lebih baik,” ujar Gus Indra.
Mati di Lumbung Padi
Sementara itu, Ketua Vihara Kwan Im Papua Barat, Bhiksu Dwi Wirya menyatakan Tuhan telah menganugrahkan kepada bangsa Indonesia kekayaan alam yang berlimpah ruah. Namun ternyata hingga kini hal itu belum dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
“Ibarat pepatah, rakyat seperti ayam mati kelaparan di lumbung padi. Negara kaya-raya dan makmur, tapi rakyatnya sengsara. Ini tidak lepas dari soal moralitas para pemimpin. Sebagai kaum agamawan, kami merasa ikut bertanggungjawab untuk memperbaiki keadaan ini. Kami mengajak pemerintah melaksanakan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya,” kata Dwi Wirya.
Tokoh Wanita Hindu Lampung Ni Made Setiasih menambahkan, saat ini para ibu rumah tangga mengalami stres karena beratnya beban hidup yang dialami. Ironisnya, kesejahteraan hanya dinikmati segelintir elit yang berkuasa. Doa dan puasa yang dilakukan seluruh umat beragama dimaksudkan agar hati para pemimpin terbuka dan mau mengubah keadaan.
Pesan yang sama juga disampaikan Ketua Sangha Mahayana Indonesia Biksu Guna Badra. Dia bahkan menitipkan pesan kepada SBY, bahwa sebagai pemegang mandat dari rakyat, dia bertanggungjawab atas keselamatan negara.
“Bumi pertiwi harus bersih dari orangorang yang tidak bermoral. Mereka adalah orang-orang yang tidak bertanggungjawab, yang merusak dan mencuri harta rakyat. Kami mengimbau semua tokoh agama untuk bersatu membersihkan negara,” ujarnya.
Senada dengan itu, tokoh agama Katholik Pastur Kristo menyatakan, doa dan puasa adalah poses penyucian jiwa agar pemerintah beres dalam mengurus negara. Sebab, korupsi dan kebohongan yang terus-menerus dilakukan pemerintah, semuanya masuk kategori sebagai kejahatan. Sebagai orang beriman, saatnya kita membangun kekuatan bersama untuk penyucian diri agar terjadi perubahan yang mendasar.
Selain para tokoh agama yang kemarin, pada hari kedua ini juga mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jend. (Purn) Tyasno Sudarto. Bersama-sama tokoh agama lain, Tyasno memberikan penjelasan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah mengaugerahkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia sebagai nikmat yang amat besar. Karenanya, sudah sepantasnya bila seluruh bangsa ini, termasuk para pemimpinnya, bersyukur. Allah berfirman, jika kamu bersyukur, maka akan Aku tambahkan nikmat-Ku. Tapi bila kamu ingkar, azab-Ku sangat pedih.
“Para rohaniawan dan purnawirawan prihatin, karena negara telah porak-poranda. Melalui doa dan puasa ini kami berharap Indonesia bisa bersih dari segala kekotoran, terutama bersih dari para pempinnya yang berperilaku tercela. Kami mohon kepada Allah agar segera terjadi perubahan agar cita-cita proklamasi tercapai. Saya tegaskan di sini, seluruh purnawirawan mendukug penuh aksi ini dan perubahan yang dicita-citakan,” ujar Tyasno.
Berkaitan dengan aspirasi para tokoh agama tersebut, Daniel mengatakan kehadirannya untuk menyampaikan simpati atas aktivitas ini. Menurut dia, doa dan puasa ini menyiratkan kehendak rakyat yang mulia. Pesan-pesan tersebut akan disampaikan kepada SBY sebagai amanah yang dijadikan dorongan dan lecutan untuk berkerja lebih baik lagi. (rls/ans)
|