Hong Kong Demonstrasi Hong Kong: Sekolah dan Universitas Ditutup karena Alasan Keamanan 2019-11-14 11:26:46
Pengunjuk rasa melemparkan batu ke jembatan saat terjadi protes di dekat City University pada hari Selasa.(Foto: REUTERS)
HONG KONG, Berita HUKUM - Sejumlah sekolah dan universitas di Hong Kong ditutup pada hari Selasa (12/11) karena muncul kekhawatiran keamanan sementara unjuk rasa terus terjadi di wilayah tersebut.
Sejumlah jalur kereta ditutup untuk sementara, atau terjadi keterlambatan karena polisi memeriksa penumpang dan terjadinya antrean panjang di stasiun.
Bentrokan terjadi di Chinese University of Hong Kong. Di sana polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mahasiswa.
Pada hari Senin, Hong Kong mengalami eskalasi kekerasan ketika polisi menembak perut seorang aktivis. Pada hari yang sama, seorang pria dibakar pengunjuk rasa antipemerintah.
Polisi pada hari Selasa mengatakan mereka memperlakukan luka bakar tersebut sebagai usaha untuk membunuh, tetapi sampai sejauh ini tidak seorangpun ditangkap. Hak atas fotoREUTERSImage captionPengunjuk rasa memasang perintang jalan di dekat Chinese University Hong Kong.
Puluhan sekolah setempat dan internasional di Hong Kong menyatakan mereka menutup sekolah pada hari Selasa. Sebagian orang tua menerima pesan pendek dari pihak sekolah karena sekolah mengkhawatirkan kondisi keamanan.
Salah satu sekolah itu, English Schools Foundation menyatakan "karena kekhawatiran kami terkait keamanan siswa dan staf, semua kelas ESF ditutup sementara hari ini. Para siswa seharusnya tidak datang ke sekolah".
Sekolah dasar setempat menyatakan mereka akan menutup sekolah karena "konflik serius di sekitar sekolah" dan memperingatkan sekolah dapat terkena dampak karena penggunaan gas air mata.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan meskipun terjadi kerusuhan, tidak ada kebijakan resmi untuk menutup seluruh sekolah.
Bentrokan di sekolah
Polisi menembakkan gas air mata di City University hari Selasa pagi dan terjadi bentrokan antara mahasiswa dan polisi sepanjang hari.
Polisi terus menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa. Hak atas fotoREUTERSImage captionMahasiswa Chinese University Hong Kong bentrok dengan polisi sepanjang hari.
Mahasiswa membuat penghambat jalan di dan sekitar kampus agar polisi tidak dapat masuk. Sebuah kendaraan yang dipakai sebagai penghalang jalan dibakar.
Mahasiswa Hong Kong Polytechnic juga berusaha mengganggu lalu lintas di dekat kampus mereka.
Pada pagi hari, layanan kereta dihentikan sementara dan penutupan jalan menyebabkan kemacetan panjang saat jam sibuk.
Di siang hari, pengunjuk rasa pindah ke pusat perdagangan untuk melakukan demontrasi. Hak atas fotoREUTERS
Apa yang terjadi hari Senin?
Pengunjuk rasa menyatakan diadakannya aksi satu hari untuk mengacaukan seluruh kota. Pada pagi hari seorang demonstran ditembak dari jarak dekat oleh polisi di dekat perintang jalan yang dibuat para pegiat.
Di tempat lain, seorang pria disiram bahan kimia mudah terbakar dan disulut pengunjuk rasa antipemerintah setelah sempat berdebat sebelumnya.
Keduanya dilarikan ke rumas sakit dalam keadaan serius, sementara kondisi pegiat yang ditembak pada hari Selasa sudah agak membaik.
Bentrokan terjadi di seluruh Hong Kong dan polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah pengunjuk rasa.
Di Chinese University, polisi menembakkan peluru karet karena pengunjuk rasa melempar batu bata, sementara di Hong Kong Polytechnic polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstrasi.
Lebih dari 260 orang ditangkap pada hari Senin, kata polisi, sehingga jumlah orang ditangkap telah mencapai 3.000 orang sejak unjuk rasa mulai terjadi di bulan Juni.
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam dalam konferensi menyatakan para demonstran sebagai musuh rakyat.
Sementara itu AS menyatakan "kekhawatiran mendalam" terkait keadaan di Hong Kong dengan mengutuk "kekerasan yang dilakukan semua pihak" dan mendesak mereka untuk menahan diri.
Mengapa protes di Hong Kong?
Hong Kong adalah bagian dari China tetapi bekas jajahan Inggris ini memiliki sejumlah otonomi dan penduduknya juga memiliki lebih banyak hak dibandingkan warga China.
Protes yang mulai terjadi pada bulan Juni dilakukan untuk menentang rancangan undang-undang ekstradisi ke China - sejumlah pihak mengkhawatirkan tindakan ini akan menghambat kebebasan di kota itu.
RUU telah ditarik pada bulan September tetapi unjuk rasa terus berlanjut dan sekarang muncul desakan bagi adanya demokrasi penuh dan penyelidikan terhadap aksi polisi.
Bentrokan antara polisi dan pegiat semakin sering diwarnai kekerasan dan pada bulan Oktober kota tersebut melarang pemakaian topeng wajah.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com