Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Virus Corona
Covid di India: Lonjakan Kasus Diperkirakan akan Hambat Program Vaksinasi di Negara-negara Lain
2021-04-29 17:45:17
 

Orang-orang mempersiapkan pemakaman berupa tumpukan kayu untuk dibakar dalam kegiatan kremasi massal (gambar atas dan bawah).(Foto: ADNAN ABIDI / REUTERS)
 
INDIA, Berita HUKUM - Suasana mengerikan di India yang kesulitan menangani lonjakan kasus Covid-19 telah mengguncangkan dunia. Meski demikian, wabah itu tak hanya menjadi krisis di negara tersebut semata, melainkan bagi semua orang di dunia.

"Virus tidak mengenal perbatasan negara, kebangsaan, umur, jenis kelamin atau agama," kata ilmuwan kepala di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Soumya Swaminathan, sebagaimana dilaporkan wartawan masalah sains global BBC News, Rebecca Morelle.

"Dan apa yang terjadi di India sekarang malangnya telah terjadi di negara-negara lain."

Pandemi menyingkap betapa saling terkoneksi dunia ini. Jika suatu negara mengalami tingkat penularan tinggi, maka kemungkinan akan menyebar ke negara-negara lain.

Bahkan dengan pembatasan perjalanan sekalipun, berbagai tes dan isolasi, infeksi tetap bisa terjadi. Dan jika seseorang baru tiba dari tempat dengan prevalensi sangat tinggi, kemungkinan besar ia akan membawa serta virus itu.

Sebagai contoh, dalam penerbangan baru-baru ini dari New Delhi ke Hong Kong, sekitar 50 penumpang terbukti positif Covid-19.

Varian baru lebih ganas?

Tetapi ada kekhawatiran lain terkait dengan tingginya penularan di India, yakni varian virus.

Varian baru muncul di India dengan nama B.1.617. Varian itu dijuluki sebagai "mutan ganda" karena adanya dua mutasi utama selama periode lonjakan virus.

Ada bukti dari laboratorium yang menunjukkan varian itu sedikit lebih mudah menular dan antibodi dalam tubuh manusia mungkin kesulitan menangkal virus. Bagaimanapun, para ilmuwan sekarang masih dalam tahap mengkaji berapa besar kekebalan tubuh yang hilang.

"Saya tak berpikir sudah ada bukti bahwa ini adalah virus mutasi yang lolos, yang berarti tidak dapat dilawan dengan vaksin," jelas Dr Jeff Barrett, direktur Covid-19 Genomics Initiative di Wellcome Sanger Institute, kepada BBC News.

"Saya berpendapat kita jelas harus memperhatikannya dengan saksama, tetapi pada tahap sekarang tidak ada alasan untuk panik."

Tetapi semakin banyak jumlah kasus Covid yang dialami suatu negara, semakin besar kemungkinan muncul varian-varian baru.

Vaksin salah satu kunci<

Hal itu disebabkan setiap kali penularan memberikan kesempatan kepada virus untuk berubah dan yang dikhawatirkan adalah mutasi dapat mengancam kemanjuran vaksin.

"Cara mencegah munculnya varian ganas pertama-tama adalah mencegah virus bereplikasi pada manusia... jadi jalan terbaik mengendalikan varian-varian adalah mengendalikan jumlah penyakit di dunia yang ada saat ini," jelas Profesor Sharon Peacock, direktur konsorsium Covid-19 Genomics UK (Cog-UK).






Rumah sakit India, Covid,virus corona, pasien


SUMBER GAMBAR,REUTERS



Keterangan gambar,


Layanan kesehatan kewalahan melayani pasien Covid-19, bahkan satu ranjang digunakan untuk dua pasien.





Karantina wilayah dan penerapan jaga jarak bisa mengatasi hal itu, namun vaksinasi juga penting.

Program vaksinasi di India berjalan lamban. Sejauh ini kurang dari 10% penduduknya telah mendapat vaksin dosis pertama dan kurang dari 2% mendapat dosis penuh.

Itulah gambaran yang terjadi dalam program vaksinasi di India, meskipun negara itu menjadi markas dari produsen vaksin terbesar di dunia, yakni Serum Institute of India

Faktor tersebut juga bisa menjelaskan mengapa lonjakan kasus di India juga berdampak pada negara-negara lain di dunia.

Sebagai contoh, pada Maret lalu ketika kasus mulai meningkat di sana, pihak berwenang setempat menghentikan sementara ekspor vaksin Oxford-AstraZeneca.

Larangan ekspor itu mencakup alokasi vaksin untuk skema PBB, Covax, yang ditujukan kepada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Kebijakan tersebut tentu akan berdampak pada program vaksinasi di banyak negara. Pasalnya, India akan mengalokasikan lebih banyak vaksin untuk keperluan domestik, ketimbang mengekspornya, di tengah upaya menggenjot produksi.

Dalam situasi yang genting ini, para ilmuwan mengingatkan bahwa vaksinasi adalah prioritas.

"Kita harus menggalakkan vaksinasi secepat mungkin, jika tidak virus akan mencoba dan melakukan semua cara untuk terus menyebar dari satu orang ke orang lainnya," kata ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan

Secara global, pandemi ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, setelah virus menghancurkan negara demi negara. Dengan demikian, lapor wartawan BBC News urusan sains global, Rebecca Morelle, situasi di India merupakan pengingat suram bahwa tak seorang pun di dunia aman sampai semua orang aman.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Virus Corona
 
  Pemerintah Perlu Prioritaskan Keselamatan dan Kesehatan Rakyat terkait Kedatangan Turis China
  Pemerintah Cabut Kebijakan PPKM di Penghujung Tahun 2022
  Indonesia Tidak Terapkan Syarat Khusus terhadap Pelancong dari China
  Temuan BPK Soal Kejanggalan Proses Vaksinasi Jangan Dianggap Angin Lalu
  Pemerintah Umumkan Kebijakan Bebas Masker di Ruang atau Area Publik Ini
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2