Uighur Cina Bantah Menahan Satu Juta Warga Minoritas Muslim Uighur 2018-08-15 07:05:50
Cina menyebut bahwa yang mereka lakukan di Xinjiang adalah memerangi separatisme dan ekstremisme kaum militan Islamis.(Foto: Istimewa)
CINA, Berita HUKUM - Pemerintah Cina menyebut bahwa laporan tentang penahanan masal satu juta Muslim Uighur di Xinjiang "sepenuhnya tidak benar," namun mengakui telah mengirim sejumlah orang ke "pusat-pusat reedukasi".
Warga Uighur menikmati hak-hak yang setara , kata pemerintah Cina, namun "mereka yang tertipu oleh ekstremisme agama ... harus dibantu dengan permukiman kembali dan pendidikan kembali", sebagaimana dikatakan seorang pejabat.
Pengakuan Beijing yang langka itu disampaikan dalam sebuah pertemuan PBB di Jenewa untuk menanggapi kecemasan yang diungkap di sana bahwa kawasan Xinjian "telah menyerupai kamp tahanan besar-besaran".
Sejak beberapa tahun terakhir, di Xinjiang kerap meletus kekerasan yang ditumpas dengan tindakan keras peremerintah.
Cina menuduh kaum militan Islam dan kalangan separatis sebagai pihak yang berada di balik berbagai kekerasan itu.
Apa yang diakui Cina?
Cina mengirim delegasi beranggotakan 50 orang ke pertemuan Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB yang berlangsung dua hari.
Pada hari Jumat pekan lalu, anggota komite Gay McDougall mengatakan dia prihatin dengan laporan bahwa Beijing telah "mengubah wilayah otonomi Uighur menjadi sesuatu yang menyerupai kamp tahanan besar-besaran".
Dalam tanggapannya, pejabat Komite Sentral Partai Komunis Cina, Hu Lianhe, mengatakan, "Warga Xinjiang, termasuk orang Uighur, menikmati kebebasan dan hak yang setara."
"Anggapan bahwa satu juta orang Uighur ditahan, sepenuhnya tidak benar," tambahnya. Namun kemudian ia mengakui adanya program permukiman kembali dan pendidikan kembali atau reedukasi. Hak atas fotoGETTY IMAGESImage captionWarga Uighur di sebuah pasar hewan, dalam foto tahun 2013.
Para wartawan mengatakan merupakan hal tak biasa bagi Cina untuk memberikan penjelasan kepada publik tentang sesuatu terkait situasi di Xinjiang.
Sementara itu, koran pemerintah yang berbahasa Inggris, Global Times, berkilah pemerintah sekadar berusaha untuk mencegah agar Xinjiang tidak berubah menjadi "Suriah Cina" atau "Libya Cina".
"Ternyata (yang terjadi dengan) situasi keamanan Xinjiang telah (membuat kawasan itu) terhindar dari tragedi besar dan menyelamatkan jiwa banyak orang," tulis dalam editorial mereka.
Namun, anggota Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial PBB, Gay McDougall masih memintah penjelasan lebih lanjut.
"Anda bilang saya salah dalam hal jumlah yang menyebut satu juta. Nah, berapa banyak sebetulnya? Tolong beri tahu saya. Dan dengan hukum apa mereka ditahan?"
Dia lalu mempertanyakan berapa banyak orang yang menjalani "pendidikan kembali". Hak atas fotoWEIBOImage captionMasjid Agung Weizhou menjulang tinggi dengan arsitektur kubah dan menara bergaya Timur Tengah.
Sidang hari Jumat itu kebetulan bertepatan dengan memburuknya ketegangan agama di tempat lain di Cina.
Di wilayah Ningxia, ratusan Muslim terlibat bentrokan dengan aparat berwenang dalam upaya mereka mencegah penghancuran masjid mereka yang baru dibangun.
Para pejabat mengatakan Masjid Agung Weizhou belum mendapat izin bangunan yang memadai.
Namun kalangan Muslim setempat mempertanyakan, jika masalahnya izin, mengapa selama dua tahun pembangunan masjid itu aparat tak mberusaha menghentikan.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com