JAKARTA, Berita HUKUM - Ribuan massa yang tergabung dalam beberapa elemen buruh kembali menggelar aksi demontrasi di depan Istana Negara, Jl Medan Merdeka Utara, Kamis (28/2). Sebelumnya, ribuan massa ini berkumpul di Bundaran HI dan melakukan aksi long march ke depan Istana Negara. Akibatnya, sejumlah ruas jalan seperti Jl Jenderal Sudirman dan MH Thamrin menuju Kota terpantau macet.
Adapun tuntutan para buruh yakni menyuarakan kembali penolakan penangguhan upah, pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), penolakan RUU Kemanan Nasional (Kamnas) serta perlawanan terhadap aksi premanisme.
Menurut pantauan pewarta, ribuan buruh sudah berkumpul di Bundaran HI sejak pukul 10:30 WIB. Mereka lalu bergerak ke Istana dengan aksi long march. Sesampainya di depan Istana Negara, massa buruh kembali menyampaikan aspirasinya. Karena banyaknya massa, petugas sempat menutup ruas Jl Medan Merdeka Utara.
Puas berorasi di depan Istana, sekitar pukul 13:00 WIB, para buruh ini kemudian membubarkan diri dan melanjutkan aksinya menuju depan Gedung MPR/DPR di Jl Gatot Subroto.
"Kami inginkan kenaikan gaji sesuai UMP. Sejak tahun 2001, gaji kami masih Rp 750.000 hingga sekarang. Ini kali pertama kami demo, baru kali ini kami ngomong ke media," kata Yayuk, koordinator aksi, Kamis, (28/2).
Dikatakannya, aturan undang-undang yang akan disahkan tersebut nantinya akan membuat kebebasan berkumpul dan berserikat dibatasi. "Kami tak ingin hal itu terjadi dan kami menuntut dibatalkannya RUU Keamanan Nasional," katanya.
Sementara itu, untuk mengamankan jalannya aksi, sebanyak 13.235 personil gabungan dari Polda Metro Jaya, Satpol PP dan TNI dikerahkan dan disebar di sejumlah titik seperti, Bundaran HI, Istana Negara, Gedung MPR/DPR dan gedung Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). "13.235 personil gabungan TNI Polri dan Satpol PP dikerahkan untuk mengamankan jalannya aksi demo kali ini," kata Kombes Pol Rikwanto, Kabid Humas Polda Metro Jaya.
Sementara itu, di tengah suasana unjuk rasa itu, sejumlah pedagang menjajakan dagangan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Ada pedagang topi, slayer penutup kepala, dan kacamata hitam. Tampak pula gerobak mie ayam dan penjaja minuman ringan yang berjejer di Jalan Kebon Kacang, dekat Plaza Indonesia.
"Dapat kabar demo kemarin, saya langsung dagang di sini dari pukul 08:00 WIB. Ini baru laku 2 biji. Biasa saya enggak di sini, keliling jualan," kata penjual slayer penutup kepala berbagai motif di Jakarta, Kamis (28/2).
Pria kurus yang juga berjualan handuk kecil ini mengaku telah berjualan slayer selama 6 tahun. Dengan modal sekitar Rp 3.000, dia dapat menjual kembali slayer dengan harga Rp 7.000 per buah. Pasar Jatinegara merupakan tempatnya mengambil barang dagangan.
Namun dia pesimis hari ini tak dapat meraup untung hingga Rp 500 ribu seperti yang diperolehnya pada demo sebelumnya. Karena hingga pukul 10:30 WIB, jumlah pendemo masih sedikit. "Sepi ini," ujarnya sembari menyeka keringat.
Sedangkan Mursid, pedagang minuman ringan yang sehari-hari berdagang di Pasar Tanahabang ini mengaku bisa mendapat untung hingga berkali lipat. Karena aksi unjuk rasa yang dilakukan buruh sebelumnya.
"Biasa di Tanahabang dapat Rp 100 ribu. Kalau di sini bisa dapat Rp 300 ribu," ucap Mursid.(dbs/bhc/opn) |