MYANMAR, Berita HUKUM - Kesimpang-siuran informasi tentang Muslim Rohingya di Myanmar hingga kini masih terjadi. Bagaimana kondisi mereka sesungguhnya tidak banyak pihak yang tahu. Maklum, informasi mengenai jumlah dan kondisi korban tewas dari etnis Muslim Rohingya tak banyak dimiliki orang.
Tim PBB baru-baru ini mengatakan ada sejumlah besar kendala masalah ini. Korban tersebar di beberapa wilayah, membuatnya sulit untuk menghitung jumlah korban sesungguhnya.
Sementara di sisi lain, rezim Myanmar tidak mengizinkan setiap organisasi ataupun media untuk memasuki negaranya.
Baru-baru ini, sebuah video ekslusif beredar di Malaysia, yang menggambarkan serangan terhadap kaum Muslim Rohingya. [lihat: Video eksklusif serangan puak Rakhine di Myanmar: http://www.youtube.com/watch?v=VQVQg1D51bM&feature=share ]
Video diserahkan seseorang bernama Ahmad kepada Harian Metro, Malaysia, selepas memperolehnya dari penduduk di Aung Mingalar, ketika perkampungan itu diserang oleh sekelompok orang Rakhine 14 Juni 2012 lalu.
Dalam video yang sudah dilihat 90.483 orang ini, terlihat api membumbung tinggi dan kebakaran beberapa rumah penduduk. Terlihat wajah-wajah orang panik saat kamera mensyuting mereka. Warga Muslim nampak menyematkan diri ke tempat lebih aman.
Terdengar suara dan teriakan takbir berkali-kali, seolah menunggu pertolongan.
“Allahuakbar..Allahuakbar... Allahuakbar,” teriak mereka.
Kepada Harian Metro, dalam video itu, Ahmad mengaku, ada sekitar 115.000 warga etnis Muslim Rohingya saat ini berada di Kamp pelarian di 5 wilayah. Seorang aktivis lain mengatakan, sudah 2000 orang tewas sedang diperkirakan 10 ribu orang hilang dan 60 wanita diperkosa di daerah Mandao.
Yang cukup membuat hati tersentuh, di akhir tayangan, ratusan pria, wanita dan anak-anak nampak menuju sebuah danau, mereka beramai-ramai mengangkat tangannya berdoa untuk memohon bantuan.
Sementara itu, Marzuki Alie sebagai Ketua DPR RI yang juga dalam kapasitasnya sebagai Presiden Asean Inter Parliamentary Assembly (AIPA) atau Majelis Parlemen se-Asean mengirim surat kepada Ketua Parlemen Myanmar, Khin Aung Myint terkait kasus umat muslim Rohingnya. Marzuki mengingatkan kepada pihak berkuasa Myanmar untuk tidak mengumbar kekerasan.
Marzuki mengatakan dalam surat ke Amyotha Hluttaw (parlemen Myanmar) mewanti-wanti agar penguasa Myanmar menghormati Bulan Ramadhan yang dimuliakan umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali warga Muslim Rohingya di Myanmar. "Saya tulis terkait isu Rohingnya. Saya tegaskan Bulan puasa ini adalah bulan mulia yang harusnya menggambarkan kedamaian," kata Marzuki pada Sabtu (28/7).
Lebih lanjut Marzuki yang juga presiden parlemen negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (PUIC) itu berharap suratnya ke koleganya di Myanmar berdampak positif untuk warga Muslim Rohingnya yang disiksa aksi kekerasan di negeri yang dikuasai Junta Militer itu. "Saya tulis bahwa persoalan Rohingnya mendapat perhatian serius di Indonesia. Kami harapkan pemerintah Myanmar menjamin hak-hak dasar rakyatnya, tak terkecuali warga Muslim Rohingnya," ujarnya.
Lebih dari itu, Marzuki berharap kekerasan di Myanmar segera dihentikan dan perdamaian terwujud di Myanmar. "Sehingga muslim Rohingya serta etnis mayoritas Budha akan dapat hidup damai and nyaman," pungkasnya seperti yang dikutip dari media jpnn.
Diberitakan sebelumnya, ribuan warga etnis Muslim Rohingnya dikabarkan dibantai oleh militer Myanmar. Penguasa Myanmar bahkan menganggap etnis Rohingnya bukan asli Myanmar
Jadi siapa mau peduli mereka?*(mmt/hdt/jpn/bhc/sya) |