Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Myanmar
Batu Giok Myanmar Banyak Diselundupkan
Tuesday 15 Jul 2014 07:45:54
 

Batu giok dengan kualitas terbaik disebut sebagai Chinjalu di Myanmar.(Foto: twitter)
 
MYANMAR, Berita HUKUM - Myanmar merupakan salah satu negara produsen batu giok atau jade terbesar di dunia, namun karena perdagangan batu ini kini dibatasi oleh sanksi-sanksi internasional, banyak dari batu permata ini diselundupkan ke luar Myanmar.

Wartawan BBC Alex Preston yang mengunjungi pasar batu giok terbesar di dunia di Mandalay, Myanmar utara, mengatakan pasar itu begitu besar dan begitu padat, dengan deretan para pedagang memamerkan batu giok yang mereka jual di atas baki-baki putih.

Setidaknya setengah dari para pedagang adalah orang Cina, dan suara yang riuh-rendah terdengar di tengah-tengah gemerincing batu yang bersentuhan. Para pedagang berbicara dalam bahasa Mandarin bercampur Myanmar.

Saat ini nilai perdagangan batu giok Myanmar diperkirakan lebih dari US$8 miliar (kurang lebih Rp93 triliun) per tahun. Sebagian besar batu giok ini dijual ke Cina yang hubungannya dengan Myanmar makin meningkat sejak berakhirnya kediktatoran militer pada tahun 2011.

Negara bagian Kachin

Kisah batu giok Myanmar tidak pernah telepas dari sejarah penuh gejolak di negara bagian Kachin, sebuah wilayah semiotonom di bagian utara Myanmar yang berbatasan dengan wilayah Nagaland, India.

Pasukan Kemerdekaan Kachin (KIA) lama menentang dan memerangi pemerintah Myanmar. Gencatan senjata resmi kemudian dideklarasikan pada tahun 1994. Namun ketegangan dan kekerasan masih berlangsung dan banyak pasukan keamanan Myanmar berada di wilayah itu.

Walaupun pemblokiran jalan dan jam malam membantu menjaga perdamaian yang rapuh, hal ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa pemerintahlah yang memegang kendali atas bisnis batu giok.
Di sebuah toko yang terlihat kumuh dan kosong di pasar di Mandalay ini, ada seorang pemuda mengenakan kaus KIA, lapor Alex Preston.

Di sudut toko ada rak berisikan telur, pasta gigi, dupa dan kerupuk. Pemuda bernama Breng Mai itu membawa wartawan BBC ke ruang belakang toko yang ditutupi tirai. Di sinilah pusat operasi penyelundupan batu gioknya.

Ruang belakang itu seperti planet Krypton, penuh dnegan kemilau hijau batu giok. "Ini semua chinjalu," kata Breng.

Chinjalu adalah kata dalam bahasa Kachin yang berarti batu giok paling bagus dan cemerlang. Toko di depan yang dikelola bibinya hanya merupakan kedok bagi operasi yang dilakukan Breng di ruang belakang.
Breng mengatakan dia mulai dengan bekerja di pertambangan batu giok pada usia 15 tahun.

"Namun yang bekerja di sana kadang-kadang anak-anak yang baru berusia delapan tahun," katanya.
"Ini pekerjaan berbahaya. Sering kali ada tanah longsor. Pernah sartu waktu kamp kami terkena longsor, kaki saya terluka tapi sahabat baik saya meninggal."

Untuk bisa menjual batu giok secara resmi, para penambang harus membayar pajak.

"Menyelundupkan membuat keuntungan saya jadi lebih tinggi," kata Breng Mai yang mengaku setiap beberapa minggu melakukan perjalanan dari Hpakan ke Mandalay dengan mengendari sebuah truk berisi tong-tong bir.

Tong-tong bir yang ada di tengah truk dipenuhi dengan batu giok. Pemerintah terkadang melakukan razia untuk menangkapi para penyelundup, "tapi sejauh ini saya masih beruntung," kata Breng Mai.

Kondisi pertambangan

Walaupun negara-negara Barat sudah mencabut sebagian besar sanksi yang dikenakan terhadap Myanmar setelah adanya usaha-usaha yang dilakukan pemerintahan Thein Sein untuk mencapai demokrasi, pelarangan perdagangan batu giok masih tetap ada.

Kondisi di pertambangan sangat buruk dan pemerintah Amerika Serikat menyebutkan bisnis batu giok ini "menyumbang pada pelanggaran hak asasi manusia serta merusak proses reformasi demokratis Myanmar".

Walau orang asing sebenarnya tidak diizinkan menambang batu giok, sebagian besar operasi kini dikelola oleh orang Cina.

Bukit-bukit di Kachin yang tadinya hijau kini gundul dan gersang.

Breng Mai mengatakan kepada wartawan BBC bahwa "nanti bila orang Cina sudah selesai beroperasi di Kachin, tidak akan ada lagi batu giok yang tersisa. Tambang-tambang yang 10 tahun lalu masih kaya sekarang sudah habis."

Sampai hari itu datang, labirin pasar batu giok di Mandalay akan terus mengumandangkan suara gemerincing bebatuan dan percakapan dalam bahasa Cina dan Myanmar.(BBC/bhc/sya)



 
   Berita Terkait > Myanmar
 
  BKSAP Mengutuk Keras Eksekusi Junta Myanmar atas Aktivis Demokrasi
  Pengadilan Myanmar Jatuhkan Vonis 4 Tahun Penjara Bagi Aung San Suu Kyi
  BKSAP DPR Dorong Upaya Penyelesaian Konflik di Myanmar
  Uni Eropa dan Inggris Jatuhkan Sanksi Baru untuk Pejabat Militer Myanmar
  ASEAN Harus Punya Visi Baru Akhiri Aksi Brutal di Myanmar
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2