PEKANBARU, Berita HUKUM - Beberapa wilayah di Sumatera Barat (Solok Selatan dan Lima Puluh Kota), Riau (Kampar-Pekanbaru) dan Bangka Belitung (Pangkal Pinang) dalam dua hari terakhir terlanda banjir dan longsor. Aksi Cepat Tanggap (ACT) langsung menerjunkan beberapa tim ke tiga provinsi tersebut. Tim Kampar-Pekanbaru, Selasa (9/2) kemarin melakukan evakuasi warga di Kecamatan Kampar serta mendistribusikan bantuan logistik untukwarga Dusun Santul, Desa Sungai Jalau, Kampar Utara.
Dari lokasi tim melaporkan bahwa puluhan desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Kampar sudah terendam banjir. "Ketinggian air sudah mencapai 4-5 meter, sebagian masyarakat di beberapa dusun masih ada yang terisolir termasuk Dusun Santul yang kami kunjungi," ungkap Erni Koordinator Tim Aksi Kampar - Pekanbaru.
Erni juga mengatakan hingga Selasa siang kemarin ketinggian air masih terus naik. Besar kemungkinan akan terus meningkat karena pintu air di PLTA Koto Panjang akan dibuka kembali. Di beberapa titik di Kecamatan Kampar, Tim melakukan evakuasi warga dari kediamannya untuk pindah ke tempat yang lebih nyaman, juga barang-barang milik warga yang ingin mereka selamatkan. Di Kecamatan Kampar ketinggian air masih cukup tinggi.
Sementara itu, di Dusun Santul, Tim memberikan bantuan air bersih serta paket paket sembako berupa beras, sarden, susu dan barang kebutuhan lain yang dibutuhkan warga. Dusun Santul adalah satu dari sekian dusun yang masih terisolir akibat banjir. Untuk menuju dusun ini Tim Dua yang dibantu oleh Tim dari TNI harus menggunakan perahu motor sejauh 5 kilometer dari pusat Desa Air Tiris.
Sepanjang pengamatan Tim yang terdiri dari Mustaqim, Manahan, Eko, Erni, Wahyudi, banyak warga yang mengungsi ke tempat-tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan dan ke berbagai fasilitas umum seperti masjid dan sekolah. Meski sudah ada posko-posko pengungsian namun masih minim menyediakan logistik dan air bersih.
Selain itu, tambah Erni, masyarakat juga membutuhkan selimut dan pakaian bersih karena mereka umumnya hanya sempat membawa beberapa potong pakaian sementara sisanya sudah terendam banjir di kediamannya.
Sedangkan salah satu kondisi banjir terparah juga menerjang Kota Pangkal Pinang, Provinsi Bangka Belitung.
Banjir besar sejak Senin pagi, (8/2) mengepung Kota Pangkal Pinang dari segala penjuru. Jika ditilik dari kondisi geografis kota Pangkal Pinang, aliran sungai besar bergerak hingga ke laut di sebelah timur dan membelah kota seperti sungai-sungai yang membelah Kota Jakarta. Meluapnya aliran Sungai Rangkui dan jebolnya dua tanggul pembatas menjadi pemicu utama meluapnya aliran air sampai mengepung seluruh Kota Pangkal Pinang.
Hingga tulisan ini diturunkan, sudah lebih dari 48 jam pula aliran listrik padam dari PLN. Imbasnya selama 48 jam terakhir, Pangkal Pinang gelap gulita. Ekonomi pun lumpuh tak bergerak. Kedalaman air yang menggenang di banyak lokasi di Pangkal Pinang bahkan sampai menyentuh angka 3 meter. Titik konsentrasi pengungsi berada di sekitar kawasan Jalan Masjid Jamik, Pintu Air, Taman Sari dan titik-titik sentral di tengah kota.
Cerita yang bergulir dari warga lokal, banjir di Pangkal Pinang ini adalah banjir terburuk yang terjadi sejak 30 tahun lalu. Terakhir Kota Pangkal Pinang tergenang banjir tahun 1986 silam. "Tetapi dulu banjir tahun 86 tidak sampai separah ini, kali ini adalah banjir terburuk dari yang terburuk di kota ini," ungkap Leo, seorang relawan lokal dari Hipmi Pangkal Pinang.
Sejak Jumat (5/2) hujan deras terus mengguyur Kota Pangkal Pinang. Hujan dengan intensitas sedang namun durasi lebih dari 3 jam selama tiga hari berturut-turut langsung meluapkan kapasitas air yang mampu ditampung oleh aliran Sungai Rangkui. Dua tanggul besar pun jebol mengalirkan derasnya air ke seluruh penjuru jalan lintas di tengah Kota.
Kondisi cuaca buruk ini masih diperparah dengan maraknya penggalian tambang timah yang dilakukan oleh warga setempat. Lokasi penambang timah yang disebut Tambang Inkonvensional (TI) oleh warga lokal ini tak bisa menyerap genangan air karena pasir telah dikeruk habis hingga kedalaman tertentu. Air banjir pun tak bisa mengalir ke dalam tanah.
Melihat kondisi banjir Pangkal Pinang yang semakin memburuk, Seluruh team emergency response gabungan dari Basarnas, kepolisian, TNI dan komunitas-komunitas memusatkan aktivitas bantuan di pusat kota. Namun hari ini, Rabu (10/2) Tim Pangkal Pinang akan mencoba turun ke wilayah pinggiran yang juga dilaporkan terdampak banjir parah.
Mengajak pula relawan lokal, di hari ketiga pascabanjir ini Tim akan mendisitribusikan sekitar 300 bungkus nasi untuk sarapan pagi ke pengungsian di tengah Kota.(ACT/nur/ssr/bh/sya) |