Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
EkBis    
Defisit
BI Rate Bertahan 5,75%, Defisit Transaksi Berjalan Mulai Berkurang
Thursday 11 Apr 2013 22:38:25
 

Gedung Bank Indonesia.(Foto: Ist)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilaksanakan pada Kamis (11/4) ini memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014, sebesar 4,5% ± 1%.

Direktur Eksekutif Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Budianto, dalam siaran pers Kamis (11/4) menyebutkan, mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya tekanan terhadap keseimbangan eksternal, BI akan memperkuat operasi moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang lebih jangka panjang.
“BI juga tetap mewaspadai sejumlah risiko terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respon kebijakan moneter sesuai kebutuhan,” ungkap Budianto.

Menurut Budianto, kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan, diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing. “BI juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada upaya menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura,” kata Budianto.

Mengenai angka pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Budianto, rapat Dewan Gubernur BI memperkirakan pada tahun 2013 lebih rendah yaitu menjadi 6,2%-6,6% dibanding perkiraan sebelumnya 6,3%-6,8%. Namun pada triwulan II-2013, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yaitu sekitar 6,2%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia itu, lanjut Budianto, ditunjang oleh tumbuhanya permintaan domestik, meskipun terjadi moderasi, di tengah perbaikan pertumbuhan dari sisi eksternal. “Kuatnya konsumsi swasta didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat dan kepercayaan konsumen,” terang Budianto.

Masih cukup baiknya pertumbuhan ekonomi nasional juga didukung oleh pertumbuhan ekonomi daerah yang masih cukup tinggi dan semakin merata. Untuk tahun 2014, sejalan dengan permintaan domestik yang tetap kuat dan ekonomi global yang semakin baik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 6,6%-7,0%, atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sekitar 6,7%-7,2%.

Neraca Pembayaran

Budianto juga menyebutkan, D Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2013 diperkirakan mengalami defisit yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring membaiknya transaksi modal dan finansial (TMF). Membaiknya TMF ini terutama didorong oleh arus investasi portofolio, termasuk penerbitan global bond oleh Pemerintah, yang meningkat sejalan dengan masih kuatnya fundamental ekonomi Indonesia dan dampak kebijakan ekonomi global yang masih akomodatif.

Namun, defisit transaksi berjalan diparkirakan meningkat terutama karena impor yang masih cukup tinggi, antara lain terkait masih tingginya konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak). “Cadangan devisa pada akhir Maret 2013 mencapai 104,8 miliar dolar AS atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, di atas standar kecukupan internasional,” sebut Budianto.

Adapun mengenai nilai tukar rupiah, menurut Budianto, Rapat Dewan Gubernur BI melihat masih adanya tekanan depresiasi pada triwulan I-2013, meskipun lebih moderat sejalan dengan berlanjutnya aliran modal masuk.

“Nilai tukar rupiah secara rata-rata melemah sebesar 0,7% (qtq) mencapai Rp9.680 per dolar AS dengan volatilitas pada triwulan I-2013 yang masih terjaga. Ke depan, dengan mempertimbangkan kondisi NPI pada triwulan II-2013, tekanan depresiasi nilai tukar rupiah diprakirakan juga akan moderat,” ujar Budianto.(bi/es/skb/bhc/rby)



 
   Berita Terkait > Defisit
 
  Banggar DPR dan Pemerintah Sepakati Realisasi Defisit APBN Tahun 2022 di Angka 4,5 Persen
  Banggar: Jangan Sampai Terlena Pelebaran Defisit Lewati 3 Persen di 2023
  DPR Harap Revisi UU KUP Mampu Kembalikan Defisit Anggaran 3 Persen di 2023
  Hafisz Thohir Nilai Tak Perlu Ada Pelebaran Defisit
  Penerimaan Loyo, Defisit APBN Januari 2020 Rp 36,1 Triliun
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2