ACEH, Berita HUKUM - Seiring dengan berakhirnya pengapalan terakhir PT Arun NGL pada tanggal 15 oktober 2014 lalu dengan Tujuan Korea Selatan. Praktis PT Arun NGL yang selama ini sebagai operator ekspor LNG dari Lhokseumawe di pastikan berhenti beroperasi.
Setelah berakhir pengoperasian perusahaan gas cair tersebut. Banyak Pekerjaan rumah yang harus di selesaikan, salah satunya ganti rugi perjanjian resettlement (permukiman baru) akibat tergusur pada saat pembangunan kilang Gas Arun. Pengapalan terakhir yang dilakukan oleh PT ARUN LNG mendapat demo dari masyarakat Blang Lancang Kecamatan Muara Satu yang menamakan diri Ikatan Keluarga Blang Lancang (IKBAL) dalan rilis yang di kirim yang diterima redaksi di Jakarta dari Machfud Azhari Demisioner Himep fe, Kamis (27/11)
Hal ini sungguh ironi dimana perusahaan raksasa yang begerak di bidang migas harus meninggalkan pekerjaan rumah yang seperti itu, belum lagi angka kemiskinan yang bertahan di kabupaten kota yg dulunya di juluki Petro Dollar tambah Machfud.
Sejarah mencatat PT Arun NGL pada saat masa jayanya menjadi salah satu pengeskpor gas terbesar di dunia. Eskpor perdana LNG dilakukan 14 Oktober 1978 dan ekspor terakhir 15 Oktober 2014. Artinya selama sekitar 36 tahun PT Arun menginjakkan kaki di bumi Aceh, ungkap Machfud Azhari Demisioner Himep fe yang juga tercatat sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi pembangunan.
Alternatif baru
Muncul wacana baru yang mengejutkan bahwasanya arun yang dulunya memproduksi gas Cair kini beralih fungsi menjadi terminal gas. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagI pemerintah Aceh di tingkat 1 dan tingkat 2, walaupun dulunya Arun bergerak di pasar internasional dan sekarang di pasar domestik, moment ini harus di manfaatkan pemerintah sebagai alternative baru menjadikan kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe sebagai kota petro dolar kembali, mohon Machfud.
Machfud Azhari sebagai salah seorang anak muda Aceh dan tercatat sebagai mahasiswa jurusan Ekonomi pembangunan mengungkapkan, moment alih fungsi menjadi Terminal gas harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan juga para stake holder terutama sekali yang ada di Aceh, hal ini tentu menjadi pelajaran berharga setelah berakhirnya arun jilid pertama.
"Dengan dijadikannya terminal gas pemerintah dan stake holder bisa menghidupkan kembali industri industri yang pada gilirannya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka pelajaran Arun jilid pertama harus menjadi pendidkan berharga bagi kita semua," lanjut Machfud.
Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan dengan membangun kembali industry strategis untuk mengembalikan kejayaan di beberpa tahun silam, ujar Machfud, dalam rilisnya.(tag/bhc/sya)
|