AS, Berita HUKUM - Pejabat kota New York mengatakan mereka berhasil mengungkap jaringan penyelundup rokok senilai puluhan juta dolar AS.
Mereka juga menuduh tiga dari 16 imigran yang tertangkap dalam pengungkapan ini terkait dengan kelompok teroris.
Disebutkan bahwa penyelidik mengungkap hanya sebuah pecahan dari penjualan lebih dari sejuta bungkus rokok tanpa cukai.
Nilai pasti penyelundupan rokok ini masih belum jelas, tetapi catatan memperkirakan bisa mencapai sedikitnya US$ 55 juta atau sekitar Rp 535 miliar.
Penyelundupan ini menyebabkan kerugian pendapatan pajak sebesar US$ 80 juta atau sekitar Rp 780 miliar.
Pemimpin jaringan ini, dua bersaudara Basel dan Samir Ramadan, ditangkap Rabu lalu di Maryland.
Penyelidik mengatakan mereka menemukan uang tunai US$1,5 juta - beberapa diantaranya ditempatkan dalam kantong plastik - di rumah dan mobil Basel Ramadan.
Keuntungan yang menakjubkan
Menurut Polisi, jaringan ini melibatkan pembelian kuantitas besar rokok dari tengkulak di Virginia, menyembunyikannya di sebuah gudang di Delaware dan membawanya ke New York untuk dijual di pasar dan toko kelontong.
Komisioner Polisi New York Ray Kelly mengatakan salah satu tersangka diketahui pernah berbisnis di tahun 1990-an yang sebagian didanai oleh Omar Abdel-Rahman, seorang ulama buta yang tengah menjalani hukuman penjara seumur hidup dalam kasus konspirasi peledakan sejumlah bangunan penting di New York.
Satu lagi disebut sebagai orang kepercayaan yang oleh Kelly digambarkan sebagai imigran Lebanon yang terlibat dalam insiden penembakan mematikan terhadap mobil yang berisi rombongan pelajar Yahudi di Jembatan Brooklyn pada tahun 1994.
Sementara tersangka ketiga diketahui pernah tinggal dalam apartemen yang sama dengan sekretaris penggalang dana bagi kelompok militan Palestina, Hamas.
Petugas belum mengaitkan penjualan rokok ilegal ini dengan penggalangan dana militan, tetapi disebutkan bahwa mereka akan menelusuri kemana uang yang hilang itu pergi.
"Lingkaran kriminal berbahaya ini mampu mengumpulkan keuntungan yang menakjubkan yang akan tetap kami telusuri, kata Jaksa Agung New York Eric Schneiderman dalam sebuah pernyataan.(bbc/bhc/opn) |