JAKARTA, Berita HUKUM - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pada 2013 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik dibanding prestasi yang dicapai pada 2012 lalu. Jika pada 2012, ekonomi Indonesia tumbuh 6,2%, pada 2013 diperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 6,3%-6,8% dengan tingkat inflasi 4,5% - 1%.
“Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh permintaan domestik yang tetap kuat dengan dukungan populasi dan struktur demografi yang didominasi usia produktif dan semakin meningkatnya jumlah kelas menengah,” kata Difi A. Johansyah, Direktur Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI melalui siaran persnya Sabtu (30/3).
Difi juga menyebutkan, aktivitas terkait kegiatan persiapan Pemilu 2014 diperkirakan juga akan memberikan dorongan bagi kegiatan ekonomi domestik. Sementara ekspor diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan membaiknya perekonomian dunia dan meningkatnya harga komoditas global.
Namun, sejumlah tantangan dan risiko perlu diantisipasi untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan. Dari sisi global, risiko berasal dari krisis di Eropa dan dampak kebijakan fiskal di AS yang dapat menahan pemulihan ekonomi global. Sementara dari sisi domestik, konsumsi BBM yang terus meningkat di tengah semakin menurunnya produksi migas akan memberikan tekanan terhadap neraca transaksi berjalan dan kondisi keuangan Pemerintah akibat meningkatnya subsidi.
“Tantangan lain yang dihadapi adalah terkait perluasan akses masyarakat terhadap jasa perbankan dan pengembangan pasar valuta asing,” ujar Difi.
Dalam merespon berbagai tantangan perekonomian ke depan, menurut Difi A. Johansyah, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan melalui lima pilar. Pertama, kebijakan moneter diarahkan agar suku bunga tetap mampu merespons pergerakan inflasi sesuai dengan sasaran.
Kedua, kebijakan nilai tukar diarahkan untuk menjaga pergerakan nilai tukar sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Ketiga, kebijakan makroprudensial diarahkan untuk menjaga kestabilan sistem keuangan dan mendukung terjaganya keseimbangan internal maupun eksternal.
Keempat, penguatan strategi komunikasi kebijakan untuk mendukung efektivitas kebijakan. Dan kelima, penguatan koordinasi Bank Indonesia dan pemerintah dalam mendukung pengelolaan ekonomi makro dan stabilitas sistem keuangan.
Surplus Neraca Pembayaran
Mengenai kinerja ekonomi RI sepanjang 2012, Direktur Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI itu mengatakan, ekonomi Indonesia pada tahun 2012 tumbuh cukup baik sebesar 6,2%, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Pertumbuhan tersebut disertai dengan stabilitas harga yang tetap terjaga sebagaimana tercermin dari laju inflasi sebesar 4,3% atau berada dalam target 4,5% ±1%.
Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun 2012 mencatat surplus, meskipun mengalami tekanan defisit transaksi berjalan. Transaksi berjalan mengalami defisit sekitar 2,7% dari PDB akibat ekspor yang melambat, sementara impor tetap tinggi akibat masih kuatnya permintaan domestik, termasuk untuk impor migas.
“Defisit transaksi berjalan tersebut dapat diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat pesat, baik dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio. Sejalan dengan itu, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi dengan volatilitas yang dapat dijaga pada tingkat yang relatif rendah,” jelas Difi.
Menurut Difi, berbagai pencapaian positif pada kinerja perekonomian nasional pada tahun 2012 tidak terlepas dari berbagai langkah yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi kebijakan dengan Pemerintah.
“Dari sisi Bank Indonesia, perumusan kebijakan tetap ditempuh dengan melakukan bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan moneter, kebijakan nilai tukar, kebijakan makroprudensial, penguatan koordinasi, dan komunikasi kebijakan,” tukas Difi.(es/skb/bhc/rby) |