JAKARTA, Berita HUKUM - Dua ratus tahun lalu kota Surabaya terjadi hujan abu yg pekat dan tebal karena hari ini 10 April 1815 G Tambora meletus. Ternyata yang terdampak letusan Tambora ini sangat jauh sampai Eropa dikarenakan tebalnya abu dan so2 di udara telah menutup cahaya matahari ke bumi sehingga terjadi musim salju berkepanjangan.
PVMBG menyebutkan letusan G.Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu.
Gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan ini dapat dirasakan oleh peduduk yang berada di Surabaya. Di Besuki gelombang pasang sampe mencapai 6 Kaki, asap sangat tebal hingga seluruh P. Madura gelap selama 3 hari. Endapan abu vulkanik cukup tebal karena berlangsung tg 10 - 12 April 1815.9
Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya, sedangkan energi letusan mencapai 1,44 x 1027 Erg atau setara dengan 171.428,60 kekuatan bom atom.
Ledakan yang paling merusak di bumi dalam 10.000 tahun terakhir adalah letusan gunung Tambora. Awalnya tinggu gunung Lebih dari 4.000 meter, Tambora meledak dan mengeluarkan 12 kilometer kubik gas, debu dan batu ke atmosfer dan ke pulau Sumbawa dan daerah sekitarnya. Tanah bergetar, mengirimkan tsunami di seluruh Laut Jawa . Diperkirakan 10.000 penduduk di pulau itu tewas seketika.
Ini konsekuensi letusan yang sangat luas, Para ahli telah mempelajari bagaimana puing-puing dari gunung berapi diselimuti dan bagian dingin dari planet selama berbulan-bulan, memberikan kontribusi untuk gagal panen dan kelaparan di Amerika Utara dan epidemi di Eropa. Ahli iklim percaya bahwa Tambora ikut bertanggung jawab atas dingin musimnya yang menimpa sebagian besar belahan bumi utara pada 1816, yang dikenal sebagai "tahun tanpa musim panas."
Kita ingat Februari 2014 saat G.Kelud meletus dengan energi yg luar biasa besar dan bersamaan dengan itu ada angin ke arah barat sehingga yang terdampak bisa sampai jauh ke Yogyakarta.
Ternyata semua orang harus bersiap siap menghadapi bencana, dimanapun kita berada.(bh/rat/rls) |