Oleh : Iwan Gunawan *)
SEBANYAK - 120 keping batu pancawarna akan menjadi cinderamata untuk para ibu negara perwakilan sejumlah negara yang hadir dalam KAA di Bandung nanti, batu itu nantinya akan diolah menjadi liontin cantik. Batu pancawarna memiliki karakteristik gambar unik yang terbentuk lima warna, yaitu hijau, merah, kuning, coklat dan hitam, kesemua warna ini menggambarkan persatuan.
Keunikan batu pancawarna ini tentunya akan memberikan arti tersendiri bagi bangsa Indonesia bahwa sejatinya persatuan dan kesatuan antar negara – negara di Asia – Afrika adalah suatu keharusan demi terciptanya kedamaian dan ketentraman bersama. Tidak mudah mencapai kesepakatan damai antar negara, sama halnya dengan tidak mudahnya mendapatkan sebongkah batu pancawarna yang memerlukan perjuangan,kesungguhan dan keuletan dalam proses penggaliannya.
60 tahun yang lalu, presiden pertama Indonesia, Soekarno, menjadi tuan rumah bagi tamu – tamu negara yang berkumpul dalam konferensi Asia-Afrika tahun 1955, pertemuan ini menyuarakan kerinduan yang sama terhadap suatu bentuk kemerdekaan, menghilangkan ketertindasan atas hak – hak nasionalisme mereka dari para kolonialisme dan imperialisme.
Presiden Soekarno dalam pidato pembukaannya menegaskan bahwa kolonialisme belum mati, kolonialisme menggunakan baju baru, baju modern, dalam bentuk pengusaaan ekonomi, intelektual, materiil yang dilakukan sekumpulan orang – orang asing yang hidup ditengah – tengah rakyat. Ia merupakan musuh yang licin dan dapat menyerupai ragam dan bentuk yang ada disekitarnya, tidak mudah untuk melepaskannya, dimana, kapan, dan bagaimana kolonialisme muncul maka secepatnya harus di hapuskan.
Pertemuan KAA kali ini bukan hanya sekedar temu kangen atau mengenang masa lalu tetapi berupaya tetap mempertahankan semangat dan spirit dasasila yang telah dibahas bersama yang menjadi dasar dalam membangun hubungan kerjasama internasional terutama bagi negara – negara dikawasan Asia – Afrika.
Upaya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan terus dilakukan hingga saat ini walaupun masih ada yang belum sepenuhnya merasakan. Kasus negara Yaman adalah salah satunya, intervensi yang dilakukan oleh negara-negara Arab atas konflik internal Yaman memperkeruh kondisi negara tersebut, yang tentunya sikap ini mencederai prinsip – prinsip Dasasila. Penindasan yang terjadi di Palestina juga menunjukkan masih relevannya spirit Dasasila bandung untuk terus di kobarkan guna membantu negara sahabat dalam memperjuangkan hak – hak dasar kemanusiaannya.
Negara - negara di Asia-Afrika masih menjadi sasaran empuk negara kapitalis baik dari sumber daya alamnya atau manusianya. Pengerukan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dilakukan tanpa memperhatikan kebutuhan masa depan terhadap sumberdaya tersebut. Buruh – buruh murah didatangkan dari kawasan ini, mengingat jumlah penduduknya yang besar, kawasan Asia-Afrika menjadi pasar potensial bagi over produksi milik Amerika dan Eropa.
Konflik internal negara-negara Asia-Afrika seolah menjadi lahan baru bagi para Kapitalisme untuk terus menggerus persatuan dan kesatuan didalamnya, bukan tanpa alasan pembentukan sejumlah lembaga donor yang ditujukan untuk negara – negara Asia-Afrika adalah wajah baru bentuk intervensi dan ketergantungan kepada negara – negara kapitalis. Untuk itulah sebaiknya pertemuan KAA kali ini tidak membahas hal- hal yang justru bertentangan dengan nilai – nilai Dasasila Bandung yang pada akhirnya menjadikan bangsa-bangsa ini boneka bagi negara – negara kapitalis.
Keunikan batu pancawarna memberikan inspirasi bahwa perbedaan warna memancarkan keindahan yang dapat dinikmati oleh setiap mata yang memandang. Kemampuan para penggali dan pengrajin batu menghasilkan suatu karya indah dari sebuah batu tanpa bentuk yang tersembuyi di dalam tanah, didalam lumpur, didalam bebatuan, dan dikedalaman bumi, bukan hanya memerlukan keahlian tetapi juga keuletan dan keseriusan demi memperoleh batu yang indah dan pantas dikenakan sebagai sebuah kebanggaan.
Tak ubahnya kemampuan para pemimpin bangsa – bangsa di Asia-Afrika dalam menciptakan kondisi damai dan tentram dengan tetap menghormati hak – hak dasar manusia, menjaga kedaulatan dan integritas bangsa, tidak melakukan intervensi terhadap bangsa lain, dan tidak melakukan ancaman atau tindakan kekerasan terhadap kemerdekaan politik setiap bangsa agar tetap tercipta persatuan dan kesatuan yang hakiki.
Kita dapat melihat keindahan persatuan bangsa-bangsa di Asia-Afrika seperti halnya menikmati keindahan yang tersirat dari pancaran batu pancawarna yang diolah dengan niat baik menjadikan setiap bangsa tetap berdaulat pada integritasnya masing – masing, seperti halnya cita-cita besar para penggagas KAA. Selamat berkonferensi semoga seluruh delegasi bisa membawa pulang spirit baru KAA yang menjadi harapan besar tidak hanya untuk lebih separuh warga dunia tetapi juga seluruh warga bangsa yang merindukan indahnya kemerdekaan, perdamaian dan keadilan, sebagai kenangan yang bisa mereka wariskan kepada generasi mendatang dengan penuh sukacita, sebagaimana gembiranya para delegasi mendapatkan indahnya liontin kenang-kenangan dari batu pancawarna.
*) Penulis adalah : Sekjen Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI)
|