AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan kepada konferensi tentang ektremisme dengan kekerasan bahwa mereka bukan berperang dengan Islam, tetapi dengan teroris yang menyelewengkan Islam. Ia mengatakan dunia harus mengkonfrontasi ideologi yang diputar balik seperti yang dipakai kelompok-kelompok seperti Negara Islam untuk mengilhami dilakukannya tindak kekerasan dan meradikalisasi kaum muda.
Obama mengakui bahwa keluhan yang dirasakan oleh para pemuda harus ditangani agar dapat menolak usaha-usaha pemikat yang dilakukan kelompok-kelompok ekstremis.
Perwakilan dari lebih dari 60 negara hadir di pertemuan yang dilangsungkan di Gedung Putih, Rabu (18/2), setelah adanya serangan-serangan Islamis di Denmark, Prancis dan Australia.
Acara yang pada mulanya direncanakan untuk tahun lalu ini akan berfokus pada tanggapan lokal untuk mencegah radikalisasi. Obama telah meminta Kongres untuk secara resmi memberi wewenang untuk adanya kekuatan militer melawan kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Irak dan Suriah.
Koalisi internasional yang dipimpin AS sudah melakukan serangan udara terhadap kelompok itu sejak tahun lalu. Pemerintah Washington Serikat juga merasa prihatin akan tumbuhnya keterlibatan kelompok ekstremis di Libya dan Afrika Barat, serta juga adanya warga Amerika dan Eropa yang bergabung dengan ISIS.
Sampai saat ini, Amerika Serikat telah berfokus pada pertarungan militer terhadap gerilyawan Islam. Sekarang, Presiden Obama mengatakan, saatnya untuk mendapatkan aspek ideologis, dan apa yang menyebabkan orang-orang muda menjadi rentan terhadap radikalisasi.
Setelah dikritik karena tidak menyebutkan kata "Islam" ketika mengacu pada ekstremis, ia menyerukan menghadapi ancaman jujur dan jujur.
"Kami tidak berperang dengan Islam," katanya.
Amerika telah ngeri dengan gambar kekejaman yang dilakukan oleh ekstrimis Negara Islam, beberapa di antaranya telah direkrut dari komunitas imigran Muslim Amerika di kota-kota seperti Minneapolis, rumah bagi populasi Somalia yang besar.
Hal ini dalam komunitas seperti ini bahwa keluhan atas diskriminasi, kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan korupsi, membuatnya mudah bagi teroris untuk mengeksploitasi orang-orang muda, seringkali melalui media sosial.
Presiden Obama membawa para pemimpin agama, polisi, dan lain-lain di puncak Gedung Putih Rabu untuk mengatasi akar penyebab.
"Jika kita akan mengatasi tantangan upaya mereka untuk merekrut orang-orang muda kita, jika kita akan mengangkat suara toleransi dan pluralisme dalam masyarakat Muslim, maka kita harus mengakui bahwa pekerjaan mereka dibuat lebih keras oleh narasi yang lebih luas yang tidak ada di banyak komunitas Muslim di seluruh dunia yang menunjukkan bahwa Barat adalah bertentangan dengan Islam dalam beberapa mode," kata Obama.
Tujuannya adalah untuk datang dengan program yang akan mengubah persepsi ini di jalanan. Di Minneapolis / St. Paul area, program percontohan yang sudah berjalan dengan masukan dari para pemimpin agama Muslim moderat, termasuk beberapa menghadiri puncak.
"Kami percaya pada hak semua orang untuk hidup dalam damai dan keamanan. Imam Muslim mengutuk dan terus mengecam siapa pun yang mencoba untuk menggunakan agama Islam untuk mendukung terorisme, "kata Abdisalam Adam, seorang imam Minneapolis.
Setelah diskusi seperti ini, pertanyaannya adalah apakah program pemerintah akan berhasil dalam mengarahkan anak-anak muda yang rentan terhadap mereka yang mendukung pandangan Islam moderat, dan membantu meniadakan iming-iming ekstremis.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama mengecam pembunuhan tiga mahasiswa Muslim di Chapel Hill, North Carolina yang disebutnya sebagai "pembunuhan brutal dan keterlaluan." "Tidak seorang pun dapat menjadi target karena siapa mereka, penampilan mereka, atau bagaimana mereka beribadah," kata Barack Obama dalam sebuah pernyataan.
Obama juga menyatakan ikut belasungkawa kepada korban dan keluarganya. "Seperti yang kita lihat dengan saat pemakaman korban yang dihadiri ribuan pelayat... Kita semua adalah satu keluarga Amerika."
Pernyataan Obama ini muncul setelah muncul kritik dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyebut Obama dan seluruh jajarannya yang bersikap bungkam mengenai peristiwa penembakan ini. Ketika tersangka masih ditahan, dan polisi masih menyelidiki motif sang pelaku, muncul tuduhan dari keluarga korban yang menyebut kasus penembakan ini dilatari kebencian rasial.
Menyulut duka dan kemarahan
Biro investigasi federal AS, FBI telah membuka penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Deah Shaddy Barakat, 23, istrinya Yusor Mohammad, 21, beserta iparnya Razan Mohammad Abu-Salha, 19, di Kota Chapel Hill.
Ketiganya ditemukan tewas dengan luka tembak di kepala, dan seorang pria bernama Craig Stephen Hicks, 46, dituduh sebagai pelaku pembunuhan.
Craig Hicks, yang merupakan tetangga para korban, dalam status Facebooknya pernah menulis "Ateis untuk kesetaraan". Dia juga acap mengunggah kutipan yang mengkritisi agama.(BBC/voanews/bhc/sya) |