JEPARA, Berita HUKUM - Ketua GP Ansor Kabupaten Jepara KH Syamsul Anwar diduga berselingkuh dengan istri orang bernama Eny Sakdiyah.
Dugaan kasus perselingkuhan ini ditangkap sendiri suami Eny Sakdiyah bernisial MAA di Hotel Grand Edge Jalan Sultan Agung Semarang, Kamis (8/11) lalu.
Berdasarkan keterangan MAA, peristiwa itu berawal ketika istrinya Eny Sakdiyah pergi dari rumah sekitar pukul 09.30 WIB dengan mengendarai mobil pribadi.
MAA yang seorang pengacara ini pun curiga dan mengikuti istrinya secara diam-diam dari belakang. Ternyata Eny Sakdiyah ke rumah KH Syamsul Anwar dan mobil ditinggal di tempat itu.
“Setelah itu Eny Sakdiyah dan KH Syamsul Anwar satu mobil menuju ke Semarang. Sampai Semarang sekitar jam 12.00 WIB dan berhenti di Hotel Grand EDGE Jalan Sultan Agung,” ungkap MAA, Senin (3/12).
Menurut MAA, setelah masuk di hotel, kedua pasangan selingkuh ini masuk mobil lagi dan berputar-putar di Kota Semarang. Pada saat itu keduanya juga sempat mampir ke salah satu anjungan tunai mandiri (ATM) di dekat Hotel Grand Candi.
“Habis dari ATM kembali lagi ke Hotel Grand EDGE. Saya buntuti terus sampai parkiran pukul 13.30 WIB. Saya menunggu di parkiran sampai jam 22.00 WIB. Pada pukul 15.00 WIB KH Syamsul Anwar sempat keluar sendirian. Jam 18.30 baru kembali lagi ke hotel,” paparnya.
Dikisahkannya, pada pukul 20.00 WIB, dirinya keluar ke Polrestabes Semarang melaporkan kasus dugaan perselingkuhan tersebut. Harapannya dirinya bisa masuk ke kamar hotel untuk menangkap basah.
“Tapi karena saya tidak membawa surat nikah, maka saya tidak diberi kuasa untuk masuk kamar hotel. Akhirnya saya kembali ke hotel,” akunya.
Baru dua menit di parkiran, KH Syamsul Anwar dan Eny Sakdiyah keluar dari hotel.
“Saya hadang, mereka saya mintai keterangan. KH Syamsul Anwar bersedia bertanggungjawab,” tukasnya.
Penolak UAS di Jepara
KH Syamsul Anwar yang diduga selingkuh tersebut rupanya menjadi inisiator terhadap penolakan Ustaz Abdul Somad (UAS) saat hendak ceramah di Pondok Pesantren Al Husna, Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Sabtu, 1 September lalu.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Ketua Cabang GP Ansor Jepara, Symsul Anwar, dan Sekretaris Kusdiyanto, berisi penolakan keras terhadap Ustaz Somad dalam acara di Pondok Pesantrek Al Husna. Dalam surat itu, Ustaz Somad dinilai hanya menjadi boneka atau domplengan oleh ormas yang telah dibubarkan pemerintah, Hizbut Tahrir.
“Berkaitan dengan rencana kehadiran Ustaz Abdul Somad (UAS) di Pondok Pesantren Mayong, Kabupaten Jepara pada tangga 1 Septermber 2018 kami menilai bahwa UAS hanya dijadikan domplengan belaka oleh ormas uang telah dibubarkan pemerintah itu,” kutipan dari surat tersebut yang dibuat pada 21 Agustus lalu.
Selain menolak, ribuan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) akan menggelar apel kebangsaan menjelang kedatangan Ustaz Abdul Somad (UAS) di Jepara, Jawa Tengah. Kegiatan itu sebagai respons beredarnya atribut mirip bendera ormas terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Ketua GP Ansor Jepara, H. Syamsul Anwar, mengatakan, apel kebangsaan dan doa bersama melibatkan 5.000 anggota Banser Jepara akan digelar di Lapangan Desa Ngabul, Tahunan, Jepara, pada Sabtu 1 September 2018 siang.
Agenda tersebut sebagai bagian dari komitmen Ansor ikut menjaga kondusivitas daerah agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
“Sepekan terakhir Jepara menjadi daerah yang kurang kondusif akibat kontroversi atribut mirip bendara ormas terlarang HTI beredar. Dunia maya juga kian tak terkendali. Kami punya pengalaman buruk di Dongos (Desa di Jepara), dan kami tidak menginginkan terjadi lagi hanya karena satu hal yang tidak bisa diatasi,” ujar Syamsul, Jumat (31/8/2018) dikutip Okezone.
Baca Juga: Hanura: Ada Genderuwo Pengen Banget Jadi Presiden
Menurut Syamsul, apel Banser adalah rutinitas GP Ansor di pelbagai daerah. “Jepara adalah wilayah damai, kami membantu pihak keamanan agar Jepara tetap kondusif,” tandasnya.(nusanews/bh/sya) |