JAKARTA-Melanjutkan gerakan Hijau Untuk Negeri, Bakrie Telecom menerapkan “Green Warehouse” atau prinsip-prinsip ramah lingkungan di alur mata rantai pasokan barang dan gudangnya. Langkah ini memperkuat kontribusi Bakrie Telecom dalam upaya pengurangan dampak negatif industri telekomunikasi pada lingkungan. Hal lainnya, menjadikan perusahaan ini makin dapat mengontrol secara efektif dan efisien proses produksi, penyimpanan dan pengiriman produk.
Menurut Vice President Supply Chain Management PT Bakrie Telecom Tbk. Agung Satya Wiguna, sebagai operator telekomunikasi, Bakrie Telecom banyak menggunakan peralatan IT dan Network. Dengan jumlah BTS sekitar 3.900 buah dan layanan yang tersebar di 82 kota di seluruh Indonesia, tentunya dibutuhkan dukungan peralatan IT dan Network handal dan terus ditingkatkan kemampuannya.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, ada saja peralatan IT dan network yang telah usang. Peralatan ini mengandung material kimia, metal dan lainnya yang bisa mencemarkan lingkungan. Karena itu aktivitas green warehouse harus memastikan semua limbah operasi dan elektronik tersebut digunakan dengan sepatutnya sampai usai masa operasinya. “Caranya dengan mendayagunakan bahan-bahan yang masih bisa digunakan kembali (reuse). Jika perlu dibuang dengan cara yang benar (properly disposed)”, tuturnya.
Menurut Agung, perusahaanya mentargetkan untuk menggunakan kembali (reuse) atau mendaur ulang (recyle) 75% dari limbah elektronik yang dihasilkan oleh IT dan Network selama tahun 2011. Saat ini PT Bakrie Telecom Tbk. Merupakan Operator Telekomunikasi pertama yang bekerjasama dengan Prasadha Pramana Limbah Industri (PPLI). Dalam penanganan proper disposal electronic waste (ewaste). PPLI merupakan perusahaan pengolahan dan penghancuran limbah yang telah mendapat sertifikat dari Kementrian Lingkungan Hidup.
Tak hanya peralatan IT dan Network, Bakrie Telecom juga secara kreatif menggunakan kembali (reuse) berbagai materi kampanye, seperti poster dan marketing kit. Demikian pula Return Ruim Card. Menurut Agung, kartu perdana Esia yang rusak atau satu dan lain hal tidak bisa digunakan, maka akan diambil dan digunakan kembali kartu RUIMnya sehingga bisa dijadikan kartu perdana baru.
“Upaya ini tidak hanya menghemat sumber daya, tapi juga menghemat biaya. Kami bisa hemat hingga 33% dari ongkos produksi. Jadi kepedulian pada lingkungan bisa selaras pula dengan nilai strategis bisnis”, jelas Agung.(tnc/nas)
|