Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Suriah
Serangan Udara Meninggalkan Kota Aleppo 'Tanpa Air'
2016-09-26 04:22:50
 

Kondisi tanpa air ini bisa menjadi "bencana" bagi warga yang sejauh ini mengandalkan air yang terkontaminasi dan beresiko terjangkiti penyakit yang terbawa air.(Foto: Istimewa)
 
SURIAH, Berita HUKUM - Serangan udara oleh militer Suriah yang bertubi-tubi di kota Aleppo, telah meninggalkan hampir dua juta orang tanpa air. Badan PBB untuk anak-anak mengatakan serangan sengit pada Jumat menghalangi upaya perbaikan stasiun pompa air yang disiapkan untuk memasok kebutuhan air ke wilayah timur yang dikuasai kelompok pemberontak.

Sebagai pembalasan, menurut badan PBB itu, stasiun pompa air untu ke seluruh Aleppo telah dimatikan oleh pemerintah.

Tentara Suriah mengatakan bertekad untuk merebut kembali berbagai wilayah di Aleppo yang dikuasai kelompok pemberontak, setelah gencatan senjata berakhir Senin lalu.

Kieran Dwyer, juru bicara Badan PBB untuk anak-anak, Unicef, mengatakan kepada BBC: "Air tidak lagi mampu dipompa untuk kebutuhan orang-orang di Aleppo timur dan Aleppo Barat, hampir dua juta orang tanpa air."

Dia menambahkan bahwa kondisi tanpa air ini bisa menjadi "bencana" bagi warga yang sejauh ini mengandalkan air yang terkontaminasi dan beresiko terjangkiti penyakit yang terbawa air.

Dia mengatakan air telah digunakan sebagai senjata oleh semua pihak yang terlibat perang.

Sebagian stasiun pompa air di Aleppo yang dikuasai kelompok pemberontak mengalami kerusakan, pada Kamis lalu. Upaya perbaikan tidak mungkin dilakukan, kata Dwyer.

"Itu adalah stasiun pompa air untuk sekitar 200.000 orang di timur Aleppo dan untuk sekitar 1,5 juta orang di barat kota itu. Ini yang sengaja kemudian dimatikan," katanya kepada BBC.

Para aktivis mengatakan pesawat tempur Suriah dan Rusia telah mengambil bagian dalam serangan terbaru, meskipun Rusia belum mengkonfirmasi keterlibatannya.
Rusia mendukung pemerintah Suriah, sementara Amerika Serikat mendukung kelompok oposisi.

Dua kekuatan ini saling tuduh bahwa mereka gagal untuk mengendalikan sekutunya masing-masing.

Setelah sempat berlangsung tujuh hari, gencatan senjata yang dipeolopori AS dan Rusia telah berakhir Senin lalu.

Kepala sebuah rumah sakit di wilayah timur Aleppo, yang dikuasai kelompok pemberontak, mengatakan kepada Kantor berita Reuters bahwa 91 orang telah tewas dalam aksi pemboman Jumat lalu.

Sementara, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB menuduh Rusia dengan 'barbarisme' terkait pengeboman atas Aleppo, Suriah.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Minggu 25 September, Samantha Power mengatakan Rusia menyampaikan kebohongan terang-terangan tentang perilakunya di Suriah.

"Bukannya perdamaian, Russia dan Assad (Presiden Rusia, Bashar al-Assad) malah membuat perang. Bukannya memberi bantuan untuk menyelamatkan warga Suriah, Rusia dan Assad malah mengebom rumah sakit dan bantuan darurat."

Power juga menyebut Rusia dan pemerintah Suriah 'melapisi dengan sampah yang masih tersisa di kota ikon Timur Tengah tersebut'.

Sementara Rusia mengatakan berupaya untuk mengusir teroris dari Suriah dengan melukai sesedikit mungkin warga sipil.

Duta Besar Rusia di PBB, Vitaly Churkin, mengatakan membawa perdamaian ke Suriah saat ini 'merupakan tugas yang nyaris tidak mungkin'.

Dia juga menuduh kelompok-kelompok perlawanan bersenjata melakukan sabotase atas gencatan senjata yang ditengahi Rusia dan Amerika Serikat.

Senin pekan lalu, gencatan senjata tersebut ambruk dan perang berkecamuk kembali di semua medan perang Suriah, dengan Aleppo yang menderita perang paling sengit.
Aleppo, di Suriah utara, menjadi medan perang utama dalam perang saudara yang sudah berlangsung selama lima tahun di negara itu.

Badan amal Save The Children mengatakan berdasarkan keterangan para pekerja kemanusiaan di lapangan, sekitar setengah dari korban yang diselamatkan dari puing-puing adalah anak-anak.

Sebuah rumah sakit darurat di Aleppo melaporkan 43% dari anak-anak yang cedera yang mereka rawat pada Sabtu (24/9) adalah anak-anak.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Suriah
 
  Konflik Suriah: Turki dan Rusia Sepakat Umumkan Gencatan Senjata 'Bersejarah'
  Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Bersumpah Melanjutkan Operasi Militer di Suriah Utara
  Serangan Turki di Suriah, Jumlah Korban Meninggal dan Pengungsi Melonjak
  Erdogan: Pasukan Turki Lancarkan Serangan di Suriah untuk Dirikan 'Zona Aman'
  Ikatan Alumni Suriah Harap Pemilu Damai Tanpa Hoaks
 
ads1

  Berita Utama
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua

PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet

 

ads2

  Berita Terkini
 
Apresiasi Menlu RI Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Selain Megawati, Habib Rizieq dan Din Syamsuddin Juga Ajukan Amicus Curiae

TNI-Polri Mulai Kerahkan Pasukan, OPM: Paniai Kini Jadi Zona Perang

RUU Perampasan Aset Sangat Penting sebagai Instrument Hukum 'Palu Godam' Pemberantasan Korupsi

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2