Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
KAMI
Fadli Zon: KAMI Vitamin Bagi Demokrasi Indonesia
2020-09-01 09:00:03
 

Fadli Zon.(Foto: @fadlizon)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Chairman Institute for Policy Studies, Fadli Zon, mengatakan perkumpulan seperti Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) menjadi vitamin bagi demokrasi Indonesia. Alasannya kekuasaan perlu diawasi dan dikritik baik oleh lembaga resmi maupun kelompok masyarakat.

"KAMI merupakan bagian dari itu. Dulu pers juga berfungsi sebagai "anjing penjaga" atau "watch dog" dari pemerintahan. Tapi peran pers perjuangan seperti itu nampaknya kian punah," katanya dalam keterangan tertulis, Sabtu (29/8).

Politikus Partai Gerindra itu menuturkan hadirnya KAMI menunjukkan masih ada civil society di Indonesia dan patut disyukuri. Menurut Fadli, kemunculan kelompok oposan di luar parlemen seperti KAMI ini merupakan hawa segar bagi demokrasi yang makin sumpek.

"Selain membantu mengkritisi pemerintah, kehadiran KAMI juga turut membantu parlemen, juga partai politik, dalam hal otokritik," tuturnya.

Bila parlemen dan partai politik menjalankan fungsinya, peka terhadap aspirasi masyarakat, serta melaksanakan fungsi check and balances terhadap kekuasaan, maka gerakan seperti KAMI ini tak akan muncul. Fadli berujar kemunculan KAMI menunjukkan ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam fungsi parlemen, partai politik, pers dan institusi-institusi pilar demokrasi lainnya.

Atas dasar itu, Fadli menilai tidak perlu jengah dengan kehadiran KAMI. Pasalnya mereka bagian dari demokrasi. "Gerakan masyarakat sipil memang tak sepantasnya direspon dengan penilaian menyudutkan," ucap dia.

Penilaian bahwa gerakan KAMI ini diisi oleh orang-orang yang kalah, atau pernah kalah, kata Fadli, merupakan ungkapan sinis mereka yang tak paham makna demokrasi. Sebab, dalam kacamata demokrasi, tak dikenal konsep "yang menang" dan "yang kalah".

"Demokrasi hanya mengenal konsep "penguasa" dan "oposisi", yang menunjukkan pentingnya mekanisme 'check and balances' dalam soal pemerintahan," tegas Fadli.

Fadli menyebut tokoh-tokoh yang mendeklarasikan KAMI kemarin bukanlah "orang-orang kalah". Sebagian merupakan tokoh senior yang punya reputasi terpuji. "Dalam bingkai demokrasi, posisi mereka sangat terhormat," tuturnya.(teras/tempo/bh/sya)



 
   Berita Terkait > KAMI
 
  Polisi: Benda Mencurigakan di dekat Rumah Petinggi KAMI adalah Bom Palsu
  Bareskrim Rampungkan Berkas Petinggi KAMI di Jakarta dan Medan Terkait Demo Tolak Omnibus Law
  KAMI Protes Keras Polisi Tembak Mati 6 Anggota FPI, KAMI Tuntut Jokowi Bentuk Tim Independen
  Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo: TNI Terlihat Seperti Era Orde Baru
  Sudah Siapkan Koper, Akankah Din Syamsuddin Ditangkap?
 
ads1

  Berita Utama
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua

PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet

 

ads2

  Berita Terkini
 
Apresiasi Menlu RI Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Selain Megawati, Habib Rizieq dan Din Syamsuddin Juga Ajukan Amicus Curiae

TNI-Polri Mulai Kerahkan Pasukan, OPM: Paniai Kini Jadi Zona Perang

RUU Perampasan Aset Sangat Penting sebagai Instrument Hukum 'Palu Godam' Pemberantasan Korupsi

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2