JAKARTA, Berita HUKUM - Anton Medan, mantan narapidana yang juga menjabat Ketua Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) menghujat calon hakim agung, Daming Sunusi. Menurutnya, Daming tidak pantas jadi hakim agung, tapi lebih pantas jadi hakim di Neraka. Sebelumnya Daming juga banyak dihujat atas perkataannya yang menyebut kasus pemerkosaan bisa dikatakan sama-sama enak.
Dengan perkataannya itu, banyak pihak yang meminta agar tidak meloloskannya sebagai hakim agung. Banyak kalangan menyesalkan, Daming dinilai tidak bisa membedakan pasal perzinahan dan perkosaan. Padahal Daming adalah seorang hakim. "Seharusnya bisa bicara pada tempatnya," kata Anton Medan saat mengunjungi gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Orang yang pernah merasakan kejamnya penjara itu menilai bahwa seharusnya seorang calon hakim agung bisa bicara dengan baik. Seorang hakim harus memahami ilmu bagaimana korban perkosaan, maka hukumannya berat bagi pelaku. Banyak pula kalangan menyebut bahwa kasus pemerkosaan harus dikenakan pasal berlapis, sehingga hukuman mati dimungkinkan. "(Daming) pantas jadi hakim agung, tapi di Neraka," ujarnya dengan nada tinggi.
Seperti diketahui, saat anggota DPR RI Komisi Hukum secara bergiliran menanyai Daming terkait tes sebagai calon hakim agung, jawaban menggegerkan pun terungkap saat salah satu anggota Dewan menanyakan kepada Sunusi perihal hukuman mati untuk pelaku pemerkosa. "Pemerkosa tidak perlu dihukum mati, karena si pemerkosa dan yang diperkosa sama-sama menikmati," jawaban Daming yang kini dihujat banyak kalangan.
Selain berkomentar terkait Daming, Anton Medan juga menghujam perkataan pengacara, Farhat Abbas. Belakangan ini Anton sering masuk pemberitaan setelah melaporkan advokat Farhat Abbas karena tersinggung dengan pernyataan si lawyer yang berbau rasis di media sosial. Hal itu terkait kicauan Farhat di media jejaring sosial twitter yang menggunjing Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok sebagai etnis Cina. "Saya malah mengusulkan supaya izin praktik pengacaranya dicabut," katanya.(bhc/din) |